Bisnis.com, JAKARTA — Prospek kinerja emiten-emiten restoran di Indonesia seperti FAST, PZAA hingga MAPB yang terkena dampak dari isu boikot Israel diperkirakan masih belum prospektif ke depan.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan bahwa isu boikot masih akan menjadi tantangan bagi emiten restoran.
"Saat ini isu boikot masih menjadi tantangan bagi emiten restoran seperti FAST, PZZA, dan MAPB. Walaupun saat ini adanya kenaikan pengunjung, tapi belum senormal pada saat sebelum diboikot," katanya saat ditanyai Bisnis, Senin (3/2/2025).
Dia mengatakan bahwa di sisi lain daya beli masyarakat yang lesu juga masih menjadi tantangan terutama dari segmentasi yang middle to middle low.
"Kami harapkan adanya pemulihan kinerja walaupun kami melihat belum sesignifikan zaman sebelum boikot," ujarnya.
Senada dengan itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan bahwa emiten-emiten berbasis restoran mengalami persaingan yang sengit, apalagi akan memasuki bulan Ramadan.
Baca Juga
"Kalau untuk kegiatan sebelum Ramadan dan saat ini, saya pikir memang emiten-emiten berbasis restoran ini juga tengah menghadapi [persaingan yang sengit] fierce competition," ucapnya.
Belum lagi, dia menegaskan bahwa yang terjadi saat ini adalah sedang kurang optimalnya daya beli masyarakat, sehingga berdampak terhadap lesunya kinerja emiten restoran.
Adapun daya beli masyarakat yang melemah terlihat dari data yang baru saja dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Senin (3/2/2025).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat telah terjadi deflasi pada Januari 2025 sebesar 0,76%, yang menjadi indikasi terjadinya pelemahan daya beli masyarakat.
Selain itu, BPS juga menunjukan terjadinya inflasi 0,76% secara tahunan atau year on year (YoY) yang didorong kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan laju inflasi 3,69% dan memberikan andil sebesar 1,07%.
Untuk diketahui, emiten restoran seperti PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA), dan PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) mengalami penurunan kinerja perseroan karena terdampak isu boikot.
Emiten restoran pengelola jaringan KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) membukukan rugi bersih sebesar Rp557,08 miliar hingga kuartal III/2024 membengkak sebesar 266,45% dari kerugian perusahaan Rp152 miliar pada periode yang sama 2023.
Kerugian FAST tersebut membuat perusahaan memutuskan untuk menutup sebanyak 47 gerainya hingga September 2024.
Lalu, emiten pengelola Pizza Hut yakni PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) membukukan rugi bersih sebesar Rp96,71 miliar per kuartal III/2024, membengkak 148,25% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp38,95 miliar.
Jumlah gerai Pizza Hut per kuartal III/2024 di Indonesia mencapai 595 gerai, berkurang 17 gerai dalam kurun waktu setahun.
Kemudian, emiten pengelola Starbucks, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp79,13 miliar hingga kuartal III/2024. Jumlah itu turun drastis dari sebelumnya MAPB mengantongi laba bersih Rp111,44 miliar hingga kuartal III/2023.
Adapun Kiwoom Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas sejauh ini belum memberikan rekomendasi terhadap saham-saham restoran tersebut.
___________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.