Torehan laba bersih itu naik 2.627% dari pencatatan laba periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$677.097 atau sekitar Rp10,24 miliar.
Lonjakan kinerja perseroan itu berasal dari kenaikan produksi limonit tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) serta produksi nickel pig iron (NPI) dan high-grade nickel matte (HGNM).
Sepanjang 9 bulan pertama 2024, tambang SCM memproduksi limonit sebesar 6,7 juta wet metric tonnes (WMT), 176% lebih tinggi dari produksi 9 bulan pertama 2023.
Pada periode yang sama, SCM memproduksi 1,9 juta WMT saprolit, atau 113% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selain itu, smelter RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) menghasilkan 63.338 ton nikel dalam NPI, sedangkan pabrik nickel matte memproduksi 38.422 ton nikel dalam HGNM.
“Sejak produksi perdana pada Agustus 2023, target produksi SCM untuk 2024 adalah 4 sampai 5juta wet metric ton Saprolite dan 9,5 sampai 10,5 juta wet metric ton Limonite,” kata Tom.
Baca Juga
Selanjutnya, Tom menerangkan, 2 fasilitas HPAL MBMA yakni PT ESG New Energy Materials dan PT Meiming New Energy Materials bakal mulai beroperasi tahun ini.
Kedua fasilitas HPAL itu memiliki kapasitas produksi masing-masing 30.000 ton nikel dan 25.000 ton nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
“MBMA yakin bahwa strategi jangka panjang dan pertumbuhan bisnis serta komitmen kami untuk memberikan nilai bagi pemegang saham,” kata dia.
Sebelumnya, pemegang saham MBMA menyetujui rencana penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Merujuk keterbukaan informasi MBMA, perseroan bakal melepaskan sebanyak-banyaknya 10.799.541.990 (10,79 miliar) lembar saham atau paling banyak 10% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh, yang akan diterbitkan dari saham portepel dengan nilai nominal Rp100 per lembar saham.
Rencana private placement ini mesti diselesaikan dalam kurun waktu 2 tahun sejak mendapat persetujuan RUPSLB pada 6 Desember 2024 lalu.
Setelah private placement efektif, persentase kepemilikan saham dari pemegang saham perseroan saat ini akan mengalami dilusi sebesar maksimum 9,1%.
Di sisi lain, MBMA bakal mendapat tambahan dana yang cukup tebal dari aksi korporasi kali ini. Pos kas dan setara kas diperkirakan mengalami tambahan sebesar Rp1,07 triliun atau setara dengan US$65,766.652.
Sementara itu, pos modal saham akan mengalami penambahan setelah pelaksanaan private placement sebesar Rp1,07 triliun atau setara dengan US$65,766.652.