Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gencatan Senjata di Gaza Makin Dekat, harga Minyak Mentah Melemah

Harga minyak tergelincir dari level tertinggi dalam lima bulan pada Selasa (14/1/2025) setelah Hamas dan Israel secara tentatif menyetujui gencatan senjata.
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak tergelincir dari level tertinggi dalam lima bulan pada Selasa (14/1/2025) setelah Hamas dan Israel secara tentatif menyetujui gencatan senjata di Gaza.

Langkah ini meredakan lonjakan harga yang sebelumnya didorong oleh kekhawatiran terhadap pasokan minyak dari Rusia dan Iran.

Melansir Bloomberg, Rabu (15/1/2025), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2025 ditutup melemah 1,67% atau US$1,32 ke level US$77,50 per barel setelah laporan CBS mengungkapkan bahwa kedua pihak telah menyepakati rancangan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Jika terealisasi, ini bisa menjadi akhir dari konflik yang telah mengguncang pasar minyak selama lebih dari 15 bulan.

Sementara itu, harga minyak patokan Brent kontrak pengiriman Maret 2025 ditutup melemah US$1,09 atau 1,35% ke level US$79,92 per barel.

Data menunjukkan indeks kekuatan relatif minyak mentah telah berada di zona overbought sejak awal tahun, mengindikasikan potensi koreksi harga.

Analis komoditas TD Securities Daniel Ghali mengatakan investor algoritmik seperti commodity trading advisers (CTA) mulai menunjukkan tanda-tanda jenuh beli

"Model simulasi harga kami menunjukkan bahwa tidak ada skenario di mana CTA akan menambah posisi panjang mereka di WTI. Oleh karena itu, premi risiko pasokan akibat sanksi perpisahan Presiden Biden terhadap Rusia perlu terus meningkat untuk mempertahankan harga," terang Ghali.

Dalam dua hari terakhir, harga minyak WTI telah naik 6,6%, sementara tarif pengiriman minyak mencatat lonjakan terbesar dalam beberapa bulan pada hari Senin. Lonjakan ini merespons kebijakan baru Washington yang menargetkan sekitar 160 kapal tanker yang terlibat dalam perdagangan minyak Rusia.

Dampak penuh dari sanksi baru AS ini masih belum sepenuhnya terlihat. Namun, langkah tersebut diperkirakan akan mengubah arus perdagangan global, memaksa konsumen di Asia, termasuk kilang di India dan Cina, mencari pasokan alternatif.

Tanda-tanda awal gangguan sudah mulai muncul. Seorang pejabat senior India mengonfirmasi bahwa kapal-kapal yang terkena sanksi tidak akan diizinkan berlabuh, meski kilang milik negara tetap optimis Rusia akan menemukan solusi.

Kemungkinan minyak Rusia tetap mencapai pasar tujuannya mengurangi sebagian kekhawatiran gangguan pasokan.

"Para pedagang minyak tengah mengevaluasi perkembangan terbaru sebelum memutuskan langkah selanjutnya," kata Rebecca Babin, pedagang senior CIBC Private Wealth Group.

Perdana Menteri Alberta Danielle Smith mengingatkan bahwa tarif minyak dari Trump tidak akan memberikan pengecualian bagi Kanada. Amerika Serikat mengimpor lebih dari separuh kebutuhan minyak mentahnya dari Kanada, sebagian besar dari Alberta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper