Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perusahaan sektor konsumer nonsiklikal mendominasi daftar antrean atau pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2025.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan sebanyak lima perusahaan telah melantai di bursa dengan total raihan dana Rp1,13 triliun per 10 Januari 2025. Adapun, sebanyak 19 perusahaan kini berada dalam antrean IPO.
“Hingga saat ini, terdapat 19 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Senin (13/1/2025).
Dari jumlah tersebut, mayoritas perusahaan dalam daftar tunggu IPO merupakan entitas dengan kategori aset skala jumbo. Perinciannya, sebanyak 17 dari 19 perusahaan dalam pipeline memiliki aset lebih dari Rp250 miliar.
Secara sektoral, perusahaan-perusahaan ini berasal dari berbagai lini industri. Sektor konsumer nonsiklikal menjadi kontributor terbesar dengan 6 perusahaan, diikuti sektor basic materials dan kesehatan yang masing-masing 3 perusahaan.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo menuturkan bahwa secara umum prospek sektor konsumer di pasar saham masih menjanjikan seiring dengan adanya sentimen positif dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Baca Juga
“Secara prospek, sektor konsumer ini masih bisa terdorong dari program MBG. Hal ini bisa berpotensi meningkatkan penjualan,” ujarnya kepada Bisnis.com, dikutip Senin (13/1/2025).
Kendati demikian, Azis mengingatkan agar investor tetap memperhatikan risiko fluktuasi nilai tukar mata uang yang dapat memengaruhi beban operasional.
“Sejauh ini kami masih optimis emiten konsumer masih bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja didorong dari program MBG,” pungkasnya.
Dalam analisisnya, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan beli untuk saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan target harga Rp14.000, sedangkan target PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di level Rp8.275 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.