Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pencatatan efek baru di pasar modal sebanyak 407 efek pada 2025. Di dalamnya, pencatatan efek saham baru lewat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dibidik mencapai 66 pencatatan.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengaku tidak khawatir dengan prospek penawaran umum perdana pada 2025, meski perekonomian global masih dibayangi risiko suku bunga tinggi.
“Kalau kita bicara IPO, ini adalah tentang kebutuhan dana. Tahun lalu, kami menyampaikan ada sekitar 20 perusahaan yang sudah berada di pipeline dan carry forward ke tahun ini,” ujar Iman di Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Dia menambahkan bahwa sejatinya masing-masing perusahaan memiliki berbagai pilihan pendanaan, seperti melalui pasar modal, surat utang, ataupun perbankan.
Oleh karena itu, ketika situasi dihadapkan pada tingkat suku bunga tinggi, Iman menilai bahwa perusahaan mempunyai pilihan untuk mengkalkulasi kebutuhan pendanaan dan mengkaji skema sesuai dengan selera.
“Kalau tingkat bunga tinggi, mereka akan berhitung. Mungkin mereka memilih surat utang atau perbankan, atau IPO. Itu adalah pilihan,” kata Iman.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan ada 3 perusahaan mercusuar atau lighthouse dengan kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun yang akan menggelar IPO pada 2025. Tiga calon emiten tersebut berasal dari sektor basic materials, energi, dan kesehatan.
“Perusahaan lighthouse ada tiga. Prosesnya di tahun ini, tetapi karena kelengkapan laporan keuangan dan dokumen membuat dia [calon emiten] masuk tahun berikutnya [2025],” ujar Nyoman pada akhir Desember 2024.
Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen terus meningkatkan kualitas perusahaan tercatat. Langkah perbaikan itu salah satunya ditempuh dengan merevisi sejumlah aturan terkait penawaran umum perdana saham.
Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Aditya Jayaantara, menuturkan otoritas tengah menyusun peraturan baru yang kini telah berada dalam tahap perundangan di Kementerian Hukum.
Untuk mencegah IPO tidak berkualitas, dia menambahkan bahwa OJK akan mengoptimalisasi fungsi dan peran lembaga penunjang pasar modal. Salah satunya dengan melihat kualitas dari wakil penjamin efek calon emiten.
Di sisi lain, BEI telah menetapkan jumlah pencatatan efek baru di pasar modal ditargetkan mencapai 407 efek, pertumbuhan jumlah investor sebanyak 2 juta, dan rata-rata nilai transaksi saham harian (RNTH) mencapai Rp13,5 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.