Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri perjalanan sepanjang 2024 dengan penurunan sebesar 2,65%. Tekanan dari sisi domestik dan global menjadi faktor di balik penurunan indeks.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG parkir di level 7.079,91 hingga akhir perdagangan tahun ini, Senin (30/12/2024). Posisi tersebut mencerminkan penurunan sebesar 2,65% secara year to date (YtD).
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menuturkan bahwa 2024 bukan tahun ideal bagi indeks komposit. Sebab, sepanjang tahun ini, IHSG menjadi indeks dengan kinerja terburuk di Asia Tenggara.
Catatan tersebut juga menjadi pelemahan secara tahunan pertama bagi IHSG sejak 2020, yang kala itu terkoreksi hingga 5% akibat dampak pandemi Covid-19.
“Kinerja IHSG yang loyo mencerminkan tantangan besar yang dihadapi pasar sepanjang tahun, baik dari tekanan global maupun dinamika domestik,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (30/12/2024).
Dari sisi global, Liza menjelaskan penurunan suku bunga The Fed yang tidak sesuai dengan ekspektasi telah menyebabkan aliran modal asing keluar dari pasar negara berkembang, tak terkecuali Indonesia.
Seiring dengan hal tersebut, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat 7% sepanjang tahun juga telah meningkatkan tekanan pada mata uang negara berkembang.
Faktor global yang turut mempengaruhi IHSG, antara lain pelemahan ekonomi China, meruncingnya konflik global di Timur Tengah dan Eropa Timur, serta adanya kekhawatiran risiko perang dagang di bawah pemerintahan Donald Trump.
Sementara itu, dari domestik, pelemahan nilai tukar rupiah imbas penguatan dolar AS, lesunya daya beli masyarakat, perubahan kebijakan pemerintahan baru, hingga gejolak politik dalam negeri telah memengaruhi pergerakan IHSG.
“Keputusan terbaru pemerintah untuk menaikkan PPN menjadi 12% yang mulai efektif per 1 Januari 2025 atas beberapa produk, juga kembali menambah beban pada daya beli masyarakat,” pungkas Liza.