Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.190 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (24/12/2024), jelang perayaan Hari Raya Natal 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,04% atau 6,5 poin ke posisi Rp16.190 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat 0,10% ke posisi 107,915.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,09%, peso Filipina menguat 0,03%, baht Thailand menguat 0,33%, ringgit Malaysia menguat 0,04%, dolar Taiwan menguat sebesar 0,04%, dan dolar Hong Kong menguat 0,05%.
Sementara itu mata uang yang melemah di antaranya yuan China melemah sebesar 0,04%, won Korea melemah 0,33%, dolar Singapura melemah sebesar 0,13%, dan rupee India melemah 0,09%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan hari ini (24/12) mata uang rupiah ditutup menguat 6 poin ke level Rp16.190, setelah sebelumnya menguat 20 poin ke level Rp16.196.
Dia memprediksi bahwa untuk perdagangan Kamis (26/12) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.150-Rp16.200.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan bahwa investor kini masih tetap berhati-hati dengan kenaikan dolar menyusul kecenderungan hawkish Federal Reserve AS, sehingga menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar menjelang pekan perdagangan yang dipersingkat karena liburan Natal.
Dia mengatakan bahwa pertemuan The Fed mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk periode yang lebih lama setelah pemangkasan pada Rabu lalu.
Menurutnya, pedagang sekarang hanya mengharapkan dua penurunan seperempat poin pada 2025 di tengah ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dan inflasi yang masih tinggi, dan ini sebanding dengan ekspektasi empat penurunan suku bunga sebelum pertemuan The Fed.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang rencana Beijing untuk langkah-langkah stimulus pada tahun mendatang. Laporan-laporan terkini menunjukkan bahwa negara tersebut akan meningkatkan pengeluaran fiskal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa optimisme atas stimulus yang lebih besar membantu saham-saham China mengatasi penurunan baru-baru ini di pasar-pasar Asia. Data indeks manajer pembelian China akan dirilis dalam beberapa hari mendatang dan akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di Asia tersebut.
Kemudian dari sisi internal, Ibrahim mengungkap bahwa pemerintah mengklaim kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat meskipun nilai tukar rupiah melemah hingga kembali menyentuh di atas Rp16.000 per dolar AS.
Menurutnya, pelemahan rupiah hari ini masih lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara lain seperti won Korea Selatan, yen Jepang bahkan real Brasil.