Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham sejumlah bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) telah mengalami rebound pada perdagangan awal pekan ini, Senin (23/12/2024) atau menjelang momen santa claus rally.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) kenaikan harga saham sejumlah bank jumbo pun menjadi pendorong penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) atau menjadi top leaders. Harga saham BBRI misalnya naik 3,69% ke level Rp4.210 per lembar pada perdagangan kemarin.
Kemudian, harga saham BMRI naik 2,64% ke level Rp5.825 dan harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) naik 1,3% ke level Rp9.775. Lalu, harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) tercatat naik 2,82% ke level Rp4.380 pada perdagangan kemarin.
Kenaikan harga saham bank-bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV ini terjadi setelah sebelumnya berkinerja jeblok. Harga saham BBNI misalnya masih turun 18,51% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), BBRI turun 25,81% ytd, serta BMRI turun 4,9% ytd.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pada perdagangan jelang akhir tahun atau saat momen Natal dan tahun baru (Nataru) terdapat potensi kenaikan harga saham setelah pemulihan sektor perbankan.
"BBCA misalnya berhasil bangkit dari area permintaan utama, sehingga membentuk tren naik," ujarnya dalam laporannya pada Selasa (24/12/2024).
Baca Juga
Dia pun merekomendasikan accumulative buy untuk BBCA target harga terdekat Rp10.075 per lembar. Lalu, BBNI direkomendasikan accumulative buy dengan target harga terdekat Rp4.470 per lembar.
Selain itu, Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk BBRI dengan target harga Rp4.410 per lembar serta accumulative buy untuk BMRI dengan target harga Rp6.050.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati juga menilai terdapat potensi perbaikan kinerja saham perbankan. "Pendorongnya kinerja keuangan mereka sendiri atau secara fundamental itu masih bagus. Jadi tinggal tunggu market itu kembali lagi secara rasional saja," ujarnya.
Menurutnya, terjadinya penurunan kinerja saham bank jumbo dalam beberapa bulan terakhir karena aksi jual yang tinggi.
"Jadi kan mereka jual karena sentimen panik dan lain-lain. Pada 2025, ekspektasi mereka sudah lebih cooling down, sudah bisa berpikir secara rasional, balik lagi menilai kinerja keuangan, saham-saham yang memang sudah tertekan harganya kembali lagi," tutur Ike.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.