Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten pengelola gerai MR D.I.Y yakni PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) dibuka turun usai resmi menjadi perusahaan ke-41 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Kamis (19/12/2024).
Berdasarkan data BEI, saham MDIY mencatatkan penurunan sebesar 23,33% menuju level Rp1.265. Dalam penawaran umum, MDIY diketahui menetapkan harga perdana Rp1.650 per saham.
MDIY tercatat melepas 2,51 miliar saham. Jumlah ini setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum perdana. Dengan demikian, total dana yang diraih sebesar Rp4,15 triliun.
Seluruh dana yang diperoleh, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan perseroan untuk tiga tujuan. Pertama, sekitar 60% untuk pembayaran sebagian pokok utang kepada PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).
Hingga 30 Juni 2024, MDIY memiliki total liabilitas sebesar Rp2,71 triliun yang terdiri atas liabilitas lancar Rp1,65 triliun dan liabilitas tidak lancar Rp1,05 triliun.
Kedua, sekitar 30% dari dana IPO akan digunakan oleh anak usaha perseroan untuk membuka toko baru yang terdiri atas biaya deposit utang muka sewa toko, renovasi, pengadaan perabotan, dan perlengkapan toko.
Baca Juga
Presiden Direktur MR. D.I.Y Edwin Cheah menyampaikan bahwa dengan potensi perolehan dana jumbo dari IPO, perusahaan berencana melakukan ekspansi jaringan toko baru secara ambisius dengan target pertumbuhan yang signifikan.
“Salah satu target penggunaan dana adalah memperluas jaringan toko baru di berbagai wilayah,” tuturnya.
Perseroan tercatat mengoperasikan sebanyak 824 toko MR DIY hingga akhir Juni 2024. Seluruh toko dikelola secara langsung atau tidak melalui sistem waralaba.
Rencana ketiga, sekitar 10% dana IPO akan digunakan oleh perusahaan untuk modal kerja operasional, seperti pembelian persediaan, biaya logistik, dan sebagainya.
Hingga semester I/2024, MDIY telah mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp532,15 miliar, melesat 228,44% dari periode sama tahun sebelumnya yaitu Rp162,02 miliar.
Pertumbuhan laba bersih perseroan sejalan dengan kinerja penjualan yang melesat 92,54% year on year (YoY) menjadi Rp3,2 triliun sepanjang Januari – Juni 2024.
Terkait prospek bisnis, Edwin mengeklaim industri ritel non-grocery di Indonesia cukup menjanjikan dengan proyeksi pertumbuhan rata-rata 8% hingga 2028. Potensi ini didukung stabilitas ekonomi hingga meningkatnya pendapatan masyarakat.
“Kami berada dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan momentum ini,” ucapnya.
__________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.