Dia menilai, dengan alokasi budget buyback US$200 juta atau setara dengan Rp3,2 triliun dan melihat realisasinya, GOTO masih memiliki likuiditas dan ruang untuk kembali melanjutkan buyback yang akan menjadi katalis positif untuk harga saham ke depan.
Hal senada juga dikatakan oleh analis NH Korindo Sekuritas, Richard Jonathan Halim. Menurutnya, kenaikan harga saham GOTO tak hanya karena buyback, tapi perbaikan kinerja fundamental.
“Kenaikan harga saham bukan semata-mata hanya karena buyback, tapi juga perbaikan profitabilitas yang signifikan ketika valuasi sudah sangat terdiskon,” kata Richard.
Saat ini GOTO menargetkan untuk mencapai EBITDA grup yang disesuaikan mencapai titik impas (breakeven) untuk keseluruhan tahun buku 2024.
Dia berpendapat jika di kuartal III/2024 EBITDA grup yang disesuaikan sudah positif Rp137 miliar, maka peluang untuk mengejar EBITDA grup yang disesuaikan positif Rp72 miliar di kuartal IV/2024 sangat terbuka.