Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan peritel barang rumah tangga MR DIY, PT Daya Intiguna Yasa Tbk. (MDIY) akan menjadi perusahaan terakhir yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini.
Berdasarkan prospektus, MDIY telah menjalankan proses penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) dengan masa penawaran awal pada 25 November – 3 Desember 2024. Kemudian, tanggal efektif IPO diproyeksikan pada 11 Desember 2024.
Lalu, MDIY dijadwalkan listing atau melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 19 Desember 2024. Setelahnya, mengacu laman e-IPO, tak ada perusahaan lainnya yang dijadwalkan melantai di Bursa pada Desember 2024.
Adapun, setelah MDIY, calon emiten PT Delta Giri Wacana Tbk. (DGWG) pun sedang menjalankan proses IPO dengan masa penawaran awal dari 2 Desember sampai 16 Desember 2024. Namun, DGWG dijadwalkan untuk listing pada awal tahun depan, tepatnya 10 Januari 2025.
Alhasil, MDIY akan menjadi perusahaan terakhir yang listing pada 2024. Tercatat sejauh ini, setelah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) melantai di Bursa pada kemarin, Rabu (5/12/2024), total telah ada 40 emiten yang melantai di Bursa pada 2024.
MDIY sendiri akan menawarkan sebanyak 2.519.039.400 atau 2,51 miliar saham dengan nominal Rp25 per saham kepada publik melalui IPO. Jumlah tersebut terdiri atas 2.267.135.400 (9%) saham milik pemegang saham penjual Azara Alpina Sdn. Bhd. dan 251.904.000 (1%) saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan.
Baca Juga
Harga penawaran IPO saham MR D.I.Y dipatok sekitar Rp1.650 hingga Rp1.870 per saham. Dengan demikian, MR D.I.Y berpotensi meraup dana IPO sekitar Rp4,15 triliun hingga Rp4,71 triliun.
Presiden Direktur MR D.I.Y Edwin Cheah mengatakan dengan potensi perolehan dana jumbo dari IPO, perusahaan salah satunya merencanakan untuk ekspansi jaringan toko baru secara ambisius dengan target pertumbuhan yang signifikan.
“Salah satu target penggunaan dana adalah memperluas jaringan toko baru di berbagai wilayah,” kata Edwin dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Menurutnya, strategi ekspansi bertujuan memperkuat posisi MDIY sebagai pemimpin pasar di sektor ritel rumah tangga. Hal tersebut juga memungkinkan perusahaan untuk memperluas penetrasi pasar dan melayani kebutuhan beragam.
Dalam prospektusnya, Manajemen MR D.I.Y juga menjelaskan mengenai prospek pasar ritel yang disasar. Ukuran pasar industri ritel berbasis non-grocery perseroan secara keseluruhan diproyeksikan mencapai US$28,5 miliar pada 2023.
Kemudian, nilai total addressable market (TAM) mencapai US$18,4 miliar untuk produk MR D.I.Y dalam industri retail berbasis non-grocery dan US$10,1 miliar untuk non-grocery lainnya termasuk departement store mengacu data dari Frost & Sullivan.
Dalam TAM sebesar US$18,4 miliar, di dalamnya termasuk senilai US$1,4 miliar pada industri ritel perlengkapan rumah tangga, yang utamanya berfokus pada penjualan produk perabotan rumah tangga serta rumah tangga kecil seperti peralatan dapur, aksesoris rumah, penyimpanan dan pengoraganisir, dan tekstil.
Pada segmen industri ritel perlengkapan rumah tangga itu MR D.I.Y dinilai memiliki keunggulan. "Dalam industri peritel perlengkapan rumah tangga, perseroan pemain terbesar dalam hal jumlah toko," tulis Manajemen MR D.I.Y di prospektus dikutip Bisnis pada Senin (25/11/2024).
MR D.I.Y memiliki 824 toko yang telah beroperasi di seluruh Indonesia per Juni 2024. Perseroan mengoperasikan seluruh toko secara langsung dan tidak melalui sistem waralaba atau keagenan. Seluruh toko MR D.I.Y beroperasi di atas lahan yang telah disewa. Toko-toko Perseroan memiliki lebih dari 18.000 SKU rata-rata per toko.
Terdapat sejumlah emiten ritel sejenis yang telah terlebih dahulu melantai di Bursa. PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) atau Ace Hardware misalnya memiliki 236 toko dan PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP) atau Mitra10 memiliki 49 toko.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sektor peritel seperti MDIY memiliki prospek yang baik terdorong oleh sejumlah sentimen, seperti terjadinya peningkatan domestic consumption. "Kinerja sejumlah emiten ini [peritel] juga masih prospektif," ujarnya kepada Bisnis.
Kemudian, tren penurunan suku bunga saat ini juga bisa memicu peningkatan konsumsi. Dari indikator makro ekonomi, indeks keyakinan konsumen masih kuat di atas level 100. Lalu, retail sales index masih kuat di atas level 200. "Menunjukan optimisme terhadap sektor ritel yang mengalami peningkatan," tutur Nafan.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan terdapat potensi atau katalis positif di sektor emiten ritel ke depan, di antaranya ekspansi bisnis.
"Ekspansi ini sudah sesuai dengan strategi masing-masing perusahaan dan bisa jadi potensi katalis positif karena bisa menjadi meningkatnya SSSG [same store sales growth] ke depannya," ujar Azis kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.