Bisnis.com, JAKARTA — Harga sejumlah komoditas logam industri diproyeksi bergerak mendatar pada 2025. Proyeksi itu membuat BRI Danareksa Sekuritas memangkas peringkat sektor logam dari overweight menjadi netral.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Timothy Wijaya dan Naura Reyhan Muchlis menyampaikan harga nikel dan timah pada tahun depan berpotensi tetap stabil karena kenaikan pasokan di tenah permintaan yang lemah, terutama di China.
“Kami harap perusahaan logam yang kami ulas dapat menghasilkan pertumbuhan laba yang positif pada 2025 karena tahun ini menjadi low base akibat terlambatnya persetujuan RKAB” jelasnya dalam riset, dikutip Selasa (3/12/2024).
Menurut Timothy dan Naura, asumsi harga nickel pig iron (NPI) pada 2025 sebesar US$12.000 per ton. China, Indonesia, dan Rusia disebut sebagai negara yang menjadi tulang punggung pertumbuhan sektor stainless steel melalui penambahan kapasitas produksi.
Di sisi lain, harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) diestimasi tetap tertekan di kisaran US$16.500 per ton pada tahun depan.
“Kami perkirakan pendapatan dan laba bersih emiten logam industri yang kami ulas dapat tumbuh 6,7% dan 54,8% secara tahunan pada 2025,” imbuh mereka.
Di sektor ini, BRI Danareksa Sekuritas memilih saham PT Timah Tbk. (TINS) sebagai unggulan teratas dengan rekomendasi beli dan target harga Rp2.300 per saham.
Setelah TINS, saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) juga dijagokan dengan rekomendasi beli dan target harga Rp1.400, disusul saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan rekomendasi beli dan target harga Rp2.000 per saham.
Saham PT Merdeka Battery Minerals Tbk. (MBMA) dan induk usahanya PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) juga direkomendasiikan beli dengan target harga berturut-turut sebesar Rp560 dan Rp2.600 per saham.
Di sisi lain, saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) disarankan hold dengan target harga Rp3.900 per saham. Rasio harga per laba (price to earnings/PER) INCO pada 2025 diproyeksi 26,8 kali dengan price to book value (PBV) 0,9 kali.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.