Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MR DIY Siap IPO, Begini Prospek Saham Emiten Ritel RI

Perusahaan peritel barang rumah tangga MR D.I.Y, PT Daya Intiguna Yasa Tbk. menggelar IPO pada akhir tahun ini. Bagaimana prospek emiten sektor ritel ke depan?
PT Daya Intiguna Yasa Tbk. atau lebih dikenal dengan MR. D.I.Y. menggelar IPO dengan rentang harga Rp 1.650 hingga Rp 1.870 per saham./perseroan
PT Daya Intiguna Yasa Tbk. atau lebih dikenal dengan MR. D.I.Y. menggelar IPO dengan rentang harga Rp 1.650 hingga Rp 1.870 per saham./perseroan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan peritel barang rumah tangga MR D.I.Y, PT Daya Intiguna Yasa Tbk. akan menggelar penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) pada akhir tahun ini. Sejumlah emiten peritel yang juga menyediakan produk barang rumah tangga telah terlebih dahulu melantai di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan Senin (25/11/2024), MR D.I.Y akan menawarkan sebanyak 2.519.039.400 atau 2,51 miliar saham dengan nominal Rp25 per saham kepada publik melalui IPO. Jumlah tersebut terdiri atas 2.267.135.400 (9%) saham milik pemegang saham penjual Azara Alpina Sdn. Bhd. dan 251.904.000 (1%) saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan. 

Harga penawaran IPO saham MR D.I.Y dipatok sekitar Rp1.650 hingga Rp1.870 per saham. Dengan demikian, MR D.I.Y berpotensi meraup dana IPO sekitar Rp4,15 triliun hingga Rp4,71 triliun.  

Masa penawaran awal diperkirakan digelar pada 25 November–3 Desember 2024 dengan tanggal efektif IPO diperkirakan pada 11 Desember 2024.

Dalam prospektusnya, Manajemen MR D.I.Y menjelaskan mengenai prospek pasar ritel yang disasar. Ukuran pasar industri ritel berbasis non-grocery perseroan secara keseluruhan diproyeksikan mencapai US$28,5 miliar pada 2023.

Kemudian, nilai total addressable market (TAM) mencapai US$18,4 miliar untuk produk MR D.I.Y dalam industri retail berbasis non-grocery dan US$10,1 miliar untuk non-grocery lainnya termasuk departement store mengacu data dari Frost & Sullivan.

Dalam TAM sebesar US$18,4 miliar, di dalamnya termasuk senilai US$1,4 miliar pada industri ritel perlengkapan rumah tangga, yang utamanya berfokus pada penjualan produk perabotan rumah tangga serta rumah tangga kecil seperti peralatan dapur, aksesoris rumah, penyimpanan dan pengoraganisir, dan tekstil.

Pada segmen industri ritel perlengkapan rumah tangga itu MR D.I.Y dinilai memiliki keunggulan.

"Dalam industri peritel perlengkapan rumah tangga, perseroan pemain terbesar dalam hal jumlah toko," tulis Manajemen MR D.I.Y di prospektus dikutip Bisnis pada Senin (25/11/2024).

MR D.I.Y memiliki 824 toko yang telah beroperasi di seluruh Indonesia per Juni 2024. Perseroan mengoperasikan seluruh toko secara langsung dan tidak melalui sistem waralaba atau keagenan. Seluruh toko MR D.I.Y beroperasi di atas lahan yang telah disewa. Toko-toko Perseroan memiliki lebih dari 18.000 SKU rata-rata per toko.

Terdapat sejumlah emiten ritel sejenis yang telah terlebih dahulu melantai di BEI. Mereka ialah PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk. (ACES) atau Ace Hardware yang telah memiliki 236 toko dan PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP) atau Mitra10 memiliki 49 toko.

Prospek Saham Emiten Ritel

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan terdapat potensi atau katalis positif di sektor emiten ritel ke depan, di antaranya ekspansi bisnis.

"Ekspansi ini sudah sesuai dengan strategi masing-masing perusahaan dan bisa jadi potensi katalis positif karena bisa menjadi meningkatnya SSSG [same store sales growth] ke depannya," ujar Azis kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan emiten ritel memiliki prospek pertumbuhan kinerja saham ke depannya seiring dengan penurunan suku bunga acuan. Nafan mengatakan saat suku bunga acuan rendah, daya beli masyarakat terdongkrak. 

"Penurunan suku bunga acuan akan memberikan sentimen positif pada fundamental kinerja ritel. Fundamental makro domestik juga kuat," ujarnya kepada Bisnis.

Sentimen lainnya, retail sales index konsisten berada di atas level 200.

"Ini [retail sales index] outlook-nya bagus. Optimisme berlanjut. Emiten ritel juga gencar ekspansi bisnis," tutur Nafan.

Akan tetapi, terdapat tantangan yang akan dihadapi pemain ritel, salah satunya rencana penerapan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) pada tahun depan. Sebagaimana diketahui, pemerintah akan mulai memberlakukan kenaikan tarif PPN menjadi 12% dari sebelumnya 11% pada awal 2025. 

Dalam catatan Bisnis, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memberi sinyal bahwa penerapan PPN 12% tahun depan tidak akan ditunda. Pasalnya, Undang-undang (UU) No.7/2021 telah mengamanatkan bahwa PPN harus naik sebesar 1%, dari 11% menjadi 12%, pada 1 Januari 2025. 

Kendati begitu, Bendahara Negara memastikan bahwa kenaikan PPN menjadi 12% tidak terjadi pada semua barang dan jasa. Kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dan transportasi merupakan barang/jasa yang termasuk ke daftar PPN dibebaskan.

Adapun, kebijakan kenaikan tarif PPN menjadi 12% disinyalir akan berdampak terhadap emiten ritel. Nafan mengatakan kenaikan tarif PPN jika tanpa diimbangi program stimulus dari pemerintah, akan membuat kemampuan daya beli masyarakat stagnan. 

"Kalau mau lebih realistis, skenarionya masyarakat akan meningkatkan saving-nya, otomatis hal itu akan menghambat dari sisi top line kinerja emiten ritel," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper