Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah produksi batu bara dari emiten tambang emas hitam terpantau meningkat per September 2024 secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun, produksi pada kuartal IV/2024 diprediksi mengalami penurunan lantaran curah hujan tinggi.
Berdasarkan laporan dari sejumlah emiten, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) mencetak produksi batu bara sebesar 55,7 juta ton sampai akhir September 2024. Realisasi itu mencerminkan peningkatan 10% dari periode yang sama tahun lalu.
Lalu PT Indika Energy Tbk. (INDY) memproduksi 23,4 juta ton batu bara pada periode 9 bulan 2024. Produksi ini naik 5,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 22,3 juta ton.
Selanjutnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatatkan produksi batu bara 15 juta ton sampai akhir September 2024, naik 12% dari periode yang sama tahun 2023 sebesar 13,4 juta ton.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan memperkirakan terjadi penurunan produksi batu bara secara kuartalan pada kuartal IV/2024 karena jumlah hari hujan yang mungkin meningkat di wilayah penghasil batu bara, yaitu Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
"Perkiraan ini juga sejalan dengan produksi historis selama tiga tahun terakhir," kata Darmawan dalam risetnya, dikutip Kamis (21/11/2024).
Mirae Asset Sekuritas mempertahankan pandangan netral terhadap sektor batu bara Indonesia. Menurutnya, harga batu bara dapat menekan pendapatan perusahaan di tahun ini. Adapun, harga emas hitam diperkirakan relatif stabil tahun depan.
Adapun Mirae Asset Sekuritas menyukai dua saham batu bara, yakni PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG).
Darmawan menuturkan Mirae Asset Sekuritas berpandangan positif terhadap saham ADRO karena fundamentalnya yang kuat. Namun, ADRO menurutnya menghadapi risiko terutama setelah spin-off karena akan kehilangan sebagian besar pendapatan dari bisnis batu bara termal yang digarap oleh PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI).
Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi hold untuk saham ADRO, dengan target harga pada Rp3.650 per saham.
Sementara itu, untuk ITMG Darmawan melihat perseroan berhasil melampaui estimasi konsensus pendapatan pada kuartal III/2024, didorong oleh harga jual rata-rata dan volume penjualan yang lebih tinggi. Di sisi lain, ITMG juga berhasil mempertahankan biaya operasional yang terkendali.
"ITMG juga mendapat manfaat dari keuntungan nilai tukar selama periode tersebut," ucapnya.
Adapun Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi hold untuk ITMG, dengan target harga Rp25.500 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.