Bisnis.com, JAKARTA — Sepanjang tahun berjalan pada tahun ini, tren penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia lesu. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong kinerja lesu IPO di Tanah Air.
Dalam laporan Deloitte, selama 10,5 bulan 2024, di pasar modal Asia Tenggara tercatat ada 122 IPO, dengan nilai mencapai US$3 miliar. Pada tahun ini, hanya satu IPO yang berhasil mengumpulkan modal lebih dari US$500 juta.
Nilai modal yang dihimpun dari IPO tahun ini merupakan yang terendah dalam sembilan tahun terakhir. Pada tahun lalu, terdapat 163 IPO dengan nilai mencapai US$5,8 miliar.
Bursa di Asia Tenggara yang paling ramai tahun ini adalah Malaysia. Pasar modal di Malaysia mencatatkan 46 IPO pada 2024, tertinggi sejak 2006, juga naik dari 32 IPO sepanjang 2023. Total dana yang terkumpul melalui IPO di Bursa Malaysia mencapai US$1,5 miliar.
Sementara, di Indonesia, tren IPO mengalami kinerja lesu. Terdapat 39 IPO dengan nilai pendanaan mencapai US$368 juta pada 10,5 bulan tahun ini. Pada tahun lalu, di pasar modal Indonesia terdapat 79 IPO dengan dana terkumpul US$3,6 miliar.
Deloitte juga mencatat, tren IPO di Indonesia tahun ini banyak diwarnai oleh perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Lesunya tren IPO di Indonesia tahun ini terjadi seiring dengan momentum tahun politik, yakni gelaran Pemilu 2024. Selain itu, terdapat ketidakpastian yang diperburuk oleh hambatan pasar global.
Baca Juga
Capital Markets Advisor Deloitte Indonesia Jasmin Maranan menilai pasar modal di Indonesia pada tahun ini memang menunggu kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan fiskal dan moneter di bawah pemerintahan baru. Selain itu, pasar menunggu prospek ekonomi dan pertumbuhan domestik yang tetap positif, didorong oleh infrastruktur di era pemerintahan baru.
Di era pemerintahan baru yang dipimpin Presiden RI Prabowo Subianto pada tahun depan, tren IPO di Indonesia masih berpotensi tumbuh, namun terdapat sejumlah catatan.
"Regulator pasar modal perlu mengambil langkah-langkah penting untuk lebih meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar dengan harapan dapat meningkatkan IPO pada 2025," ujar Jasmin dalam keterangan tertulis pada Selasa (19/11/2024).