Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi pertama pada Selasa (5/11/2024) di zona merah setelah rilis data ekonomi kuartal III/2024 memperlihatkan performa di bawah konsensus.
Merujuk data Bursa Efek Indonesia, IHSG turun 0,27% ke level 7.459,59 setelah melewati sesi dengan gerak fluktuatif di kisaran 7.453,73 sampai 7.495,37.
Sebanyak 305 saham berakhir di zona merah, 215 saham menutup sesi I dengan penguatan, dan 217 saham lainnya tidak beranjak dari posisi saat pembukaan.
Mayoritas indeks sektoral berada di teritorial negatif dengan penurunan terdalam dialami indeks sektor properti yang terkoreksi 0,88%. Kemudian sektor infrastruktur dan industri menyusul dengan pelemahan masing-masing 0,78% dan 0,77%.
Beberapa sektor yang menguat di antaranya adalah sektor energi dengan kenaikan 0,43%, ditopang oleh kenaikan harga saham ADRO dan INDY masing-masing sebesar 4,58%.
Sektor konsumer non-cyclical terpantau menguat 0,28% seiring dengan menguatnya sama Indofood CBP (ICBP) sebesar 1,01% ke Rp12.450 dan emiten pengelola Alfamart (AMRT) yang menguat 0,30% ke Rp3.300.
Investor asing terpantau melakukan aksi beli bersih di semua pasar sepanjang sesi dengan nilai Rp261,07 miliar. Saham ASII memimpin jajaran saham yang paling banyak dibeli investor asing dengan nilai net foreign buy mencapai Rp81,9 miliar, kemudian disusul saham INDF Rp70,36 miliar dan BBRI Rp66,81 miliar.
Adapun deretan saham yang paling banyak mencetak net foreign sell di antaranya adalah BBCA dengan nilai Rp100,74 miliar, PANI sebesar Rp69,73 miliar dan TLKM Rp46,93 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2024 mencapai 4,95% (year-on-year/YoY). BPS mencatat produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal III/2024 mencapai Rp5.638,9 triliun. Adapun, PDB berdasarkan harga konstan mencapai Rp3.279,6 triliun.
Data ekonomi ini cenderung lebih rendah dari nilai tengah (median) konsensus yang dihimpun Bloomberg. Dari 32 ekonom, median proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Sementara proyeksi tertinggi di angka 5,13% oleh Ekonom PT Danareksa Securities Helmy Kristanto. Proyeksi terendah berasal dari Ekonom Pantheon Macroeconomics Ltd Miguel Chanco, yakni sebesar 4,8% secara tahunan.