Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia lewat penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) tahun depan.
Rencana itu tertuang dalam peta jalan Inalum 2025 sampai dengan 2029 yang disampaikan saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI.
“Ada rencana IPO yang tahun ini kita konsentrasi dulu bagaimana pra-IPO dilakukan, assestment valuasi, dan kita akan laporkan progres selanjutnya,” kata Direktur Utama Inalum Ihamsyah Mahendra saat RDP dengan Komisi VI di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
Ilhamsyah mengatakan perseroannya saat ini tengah mendorong investasi baru pada proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase II, bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).
Adapun, potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 1 juta ton. Nilai investasi proyek ekspansi ini diperkirakan tidak jauh berbeda dari SGAR Mempawah Fase I di level sekitar US$900 juta.
Selain itu, Inalum saat ini turut menyelesaikan bankable feasibility study dan final investment decision (FID) untuk ekspansi smelter aluminium di Kuala Tanjung. Proyek brownfield ini bakal meningkatkan kapasitas produksi aluminium mencapai 600.000 ton per tahun.
Saat ini, Inalum memiliki perjanjian bersama dengan Emirates Global Aluminium (EGA) untuk mengerjakan bankable feasibility study proyek tersebut. EGA adalah salah satu produsen aluminium sekaligus penyedia teknologi reduksi aluminium global.
Opsi yang terbuka dari studi bersama ini, EGA bakal ikut bergabung dalam proyek ekspansi smelter itu dengan pernyertaan modal maksimal 30%.
“Harapannya nanti ada 2 proyek besar smelter aluminium kedua [Kuala Tanjung] kapasitas 600.000 ton dan alumina Fase 2 penambahan 1 juta [SGAR Mempawah] sehingga total ada 2 juta paralal beroperasi di awal 2028,” kata Ilhamsyah.
Dari sisi Laporan Keuangan, Inalum mencatatkan laba bersih sebesar US$173,29 juta sepanjang 2024. Torehan itu lebih tinggi 99% dari posisi laba tahun 2023 di level US86,80 juta.
Sementara itu, Inalum berhasil menghimpun pendapatan sebesar US$715,99 juta sepanjang 2024, naik 9% jika dibandingkan dengan posisi pendapatan tahun 2023 di angka US$544,75 juta.
“Salah satu faktor pendukungnya adalah karena harga jual rata-rata yang lebih tinggi pada 2024,” ujar Ilhamsyah.
Sementara itu, total biaya yang dicatat Inalum sepanjang 2024 cenderung naik 8% ke level US$571,18 juta. Adapun, EBITDA Inalum terkerek 213% ke level US$183,91 juta pada periode yang berakhir Desember 2024.
Selain itu, Inalum mencatatkan total aset sebesar US$2,23 miliar, tidak banyak bergerak dari posisi tahun sebelumnya di level US$2,17 miliar.
Selanjutnya, Inalum mencatatkan total liabilitas dan ekuitas masing-masing sebesar US$238,6 juta dan US$1,99 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.