Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi saham tak membuat JP Morgan mengendurkan kepercayaannya kepada PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA). Emiten media ini tetap meraih peringkat overweight seiring dengan lonjakan kinerja fundamental perusahaan.
Hingga semester I/2024, SCMA membukukan laba bersih sebesar Rp327,65 miliar atau melesat 372,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp69,36 miliar.
Kenaikan laba bersih perseroan diikuti dengan performa top line atau pendapatan yang meraih Rp3,32 triliun hingga paruh tahun ini. Capaian tersebut meningkat 9,77% year on year (YoY) dari tahun sebelumnya yang membukukan Rp3,03 triliun.
Pendapatan bersih SCMA ditopang segmen televisi dan platform media yang mencapai Rp2,53 triliun, segmen digital sebesar Rp767,82 miliar, dan pembuatan konten menyumbang Rp842,33 miliar. Hal ini kemudian dikurangi dengan biaya eliminasi Rp1,11 triliun.
Setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, entitas anak PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) ini meraih laba usaha Rp348,6 miliar atau tumbuh 485% YoY.
Riset JP Morgan, yang disusun Henry Wibowo dan Arnanto Januri, memandang bahwa kinerja paruh tahun SCMA menunjukkan pemulihan yang layak dengan pertumbuhan pendapatan naik hampir 10% dan laba operasi meningkat lebih dari 5 kali.
Baca Juga
“Kami merevisi naik proyeksi laba bersih 2025 dengan pertumbuhan sebesar 14% menjadi Rp940 miliar,” tulis riset JP Morgan yang dikutip pada Sabtu (28/9/2024).
Di samping itu, JP Morgan meyakini bahwa aset jangka panjang SCMA seperti bisnis over the top (OTT) Vidio bakal meraih manfaat dari penurunan tingkat suku bunga acuan.
JP Morgan menyebutkan Vidio telah membuktikan rekam jejaknya dalam meningkatkan pangsa pasar menjadi platform streaming terkemuka di Indonesia, serta mampu meraih US$200 juta dalam beberapa tahun terakhir dari sejumlah investor.
Berdasarkan laporan Media Partners Asia (MPA) Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024 jumlah pelanggan Vidio telah menembus angka 4 juta orang hingga akhir 2023.
Vidio menempati posisi pertama di Indonesia, disusul penyedia layanan streaming video asal Hong Kong, Viu dan Disney+ Hotstar dengan jumlah pelanggan mendekati 4 juta, dan Netflix di urutan ke empat dengan jumlah pelanggan sekitar 2 juta.
JP Morgan lantas memberikan peringkat overweight untuk SCMA karena memiliki tiga pilar bisnis utama, yakni televisi melalui saluran SCTV dan Indosiar, media digital terutama Vidio, serta produksi konten lewat melalui Indonesia Entertainment Group (IEG).
“Kami percaya risk-reward SCMA menarik pada level saat ini didukung oleh pemulihan pengeluaran iklan dan juga potensi pertumbuhan tinggi dari bisnis OTT,” tulis JP Morgan.
Adapun risiko yang membayangi adalah penurunan likuiditas perdagangan saham, tekanan pada pengeluaran iklan dari klien FMCG yang lebih lama, dan Vidio kehilangan pangsa pasar dari platform streaming berbasis langganan, seperti Netflix, Disney+ Hotstar.
Sampai dengan akhir perdagangan Jumat (27/9/2024), saham SCMA ditutup menguat 2,52% menuju level Rp122 per saham. Banderol tersebut mencerminkan penurunan 28,24% year to date (YtD) dan terkoreksi 14,08% dalam kurun 3 bulan terakhir.