Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok Tertekan Penguatan Dolar & Prospek Suram Ekonomi Global

Harga minyak ditutup anjlok pada perdagangan Jumat (21/6/2024), tertekan oleh penguatan dolar AS dan berita ekonomi negatif dari beberapa negara di dunia.
Harga minyak ditutup anjlok pada perdagangan Jumat (21/6/2024), tertekan oleh penguatan dolar AS dan berita ekonomi negatif dari beberapa negara di dunia. Dok Bloomberg
Harga minyak ditutup anjlok pada perdagangan Jumat (21/6/2024), tertekan oleh penguatan dolar AS dan berita ekonomi negatif dari beberapa negara di dunia. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA —  Harga minyak mentah turun sekitar 1% pada perdagangan Jumat (21/6/2024) di tengah kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan minyak global dapat terpukul oleh menguatnya dolar AS dan berita ekonomi negatif dari beberapa negara di dunia.

Harga minyak turun meskipun ada tanda-tanda peningkatan permintaan minyak AS dan penurunan persediaan bahan bakar yang membantu mendorong harga minyak mentah ke level tertinggi dalam tujuh minggu sehari sebelumnya.

Mengutip Reuters, harga minyak Brent berjangka turun 47 sen, atau 0,6%, menjadi US$85,24 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir 56 sen, atau 0,7%, lebih rendah ke level US$80,73.

Penurunan tersebut mendorong WTI keluar dari wilayah overbought secara teknis untuk pertama kalinya dalam empat hari, sementara Brent berjangka tetap overbought untuk hari keempat berturut-turut untuk pertama kalinya sejak awal April.

Untuk minggu ini, kedua harga minyak mentah acuan tersebut naik sekitar 3% setelah naik sekitar 4% pada minggu lalu.

Dolar AS (.DXY) menguat ke level tertinggi dalam tujuh minggu versus sekeranjang mata uang lainnya karena pendekatan Federal Reserve yang sabar dalam memangkas suku bunga, kontras dengan sikap yang lebih dovish di negara lain.

The Fed menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun 2022 dan 2023 untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen dan dunia usaha, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Penguatan dolar AS juga dapat mengurangi permintaan minyak dengan membuat komoditas dalam mata uang greenback seperti minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sebagai negara konsumen minyak terbesar di dunia, aktivitas bisnis AS merangkak naik ke level tertinggi dalam 26 bulan pada bulan Juni di tengah pulihnya lapangan kerja, namun tekanan harga mereda secara signifikan, memberikan harapan bahwa perlambatan inflasi baru-baru ini kemungkinan besar akan berlanjut.

Namun, penjualan rumah yang ada di AS turun selama tiga bulan berturut-turut di bulan Mei karena harga rumah yang mencapai rekor tertinggi dan kenaikan suku bunga hipotek membuat pembeli potensial tidak bisa membeli rumah tersebut.

Data dari Administrasi Informasi Energi AS pada hari Kamis menunjukkan total pasokan produk, yang mewakili permintaan minyak, naik 1,9 juta barel per hari pada minggu lalu menjadi 21,1 juta barel per hari.

Meskipun terjadi penurunan harga minyak mentah, harga bensin berjangka AS naik untuk hari keempat ke level tertinggi dalam satu bulan karena meningkatnya permintaan selama musim mengemudi di musim panas dan penurunan persediaan.

Sentimen Global

Di India, pabrik penyulingan memproses hampir 1,3% lebih banyak minyak mentah pada bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya, data sementara pemerintah menunjukkan, sementara porsi impor minyak Rusia ke India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, meningkat.

“Tanda-tanda permintaan yang lebih kuat di Asia juga meningkatkan sentimen. Kilang-kilang minyak di seluruh wilayah ini mengembalikan beberapa kapasitas yang menganggur setelah pemeliharaan,” kata analis di ANZ Research.

Namun di zona Eropa, pertumbuhan bisnis melambat tajam bulan ini karena permintaan turun untuk pertama kalinya sejak Februari.

Di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, Beijing memperingatkan bahwa meningkatnya perselisihan dengan Uni Eropa mengenai impor kendaraan listrik dapat memicu perang dagang.

Ketegangan geopolitik menambah gambaran yang beragam. Militer Ukraina mengatakan drone-nya menyerang empat kilang minyak, stasiun radar, dan objek militer lainnya di Rusia.

Pemimpin Hizbullah Lebanon pekan ini menjanjikan konflik penuh dengan Israel jika terjadi perang lintas batas dan juga mengancam Siprus, anggota UE, untuk pertama kalinya.

Di Ekuador, perusahaan minyak negara Petroecuador telah menyatakan force majeure atas pengiriman minyak mentah berat Napo untuk ekspor menyusul penutupan pipa utama dan sumur minyak karena hujan lebat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper