Bisnis.com, JAKARTA — Produsen Semen Merah Putih PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) menilai permintaan semen mulai meningkat pada Mei 2024. CMNT pun siap mengoperasikan pabrik baru di Sumatra.
Commercial Director Cemindo Gemilang, Surindro Kalbu Adi, menyampaikan terkait industri semen domestik, permintaan semen sudah mengalami penurunan sejak dua tahun terakhir akibat kelebihan pasokan atau oversupply. Permintaan juga sedikit terganggu oleh Pemilu 2024 pada awal tahun.
"Industri saat ini sedang oversupply dan permintaan sedang menurun dalam dua tahun terakhir, apalagi kuartal pertama tahun ini terdapat momentum Pemilu. Jadi, secara garis besar belum menarik industrinya," tutur Surindro saat ditemui di Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Namun, dia menyatakan permintaan semen perseroan mulai menunjukkan geliat pada awal Mei. Kondisi ini bertalian dengan kepastian pemenang Pemilu, serta adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga Juni 2024.
Di sisi lain, perseroan cukup aktif meresmikan pabrik baru dalam rangka ekspansi bisnis. Total, perseroan saat ini memiliki enam pabrik di Indonesia.
Pabrik tersebut berada di Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Bengkulu. Proses akuisisi dilakukan mulai 2018 hingga 2021, lalu berlanjut pada 2023 dengan mengambilalih terminal di Medan, milik PT Sumatera Utara Perkasa Semen.
Baca Juga
"Memang benar, bulan depan kami gunting pita. Perdana kami akan operasi. Menurut saya tidak enak disampaikan sekarang, tetapi yang jelas di Sumatera," ujar Surindro.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut terkait informasi tersebut. Meski demikian, kehadiran pabrik baru ini akan menambah jaringan distribusi dan pemasaran yang saat ini sudah menyasar 17 provinsi di Indonesia.
Secara kinerja, CMNT milik konglomerat Martua Sitorus diketahui membalikkan rugi menjadi laba sepanjang tahun lalu. Perseroan tercatat membukukan laba bersih Rp154,8 miliar pada 2023, berbalik dari rugi Rp89,36 miliar tahun sebelumnya.
Pendapatan dan Ebitda perseroan juga stabil di level Rp9,6 triliun serta Rp1,8 triliun pada 2023. Akan tetapi, kerusakan mesin yang tidak terduga mengakibatkan penurunan produksi klinker hampir 10% sehingga menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Dari lantai bursa, saham CMNT pada Rabu (8/5/2024) berada di level Rp1.040 atau mencerminkan penurunan 2,80% sepanjang tahun berjalan (YtD), tetapi meningkat hingga 18,18% selama setahun terakhir.