Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara kontrak Januari 2024 kembali menghijau setelah sempat melemah 6,72%. Harga crude palm oil (CPO) masih melanjutkan pelemahannya.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (4/1/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada penutupan perdagangan Rabu (3/1) menguat 0,59% atau 0,75 poin ke level US$128,50 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman Februari 2024 juga menguat 0,67% atau 0,85 poin ke level US$127 per metrik ton.
Mengutip Reuters, Kamis (4/1) Bangladesh diketahui meningkatkan produksi listrik tenaga batu bara hampir tiga kali lipat pada 2030. Hal ini dapat membantu Bangladesh mengatasi kekurangan listrik terburuk dalam lebih dari satu dekade dan memangkas kenaikan biaya pembangkit listrik.
Sebagai catatan, Bangladesh adalah salah satu dari sepuluh negara yang paling bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listriknya. Bangladesh juga merupakan rumah bagi 170 juta orang dan eksportir garmen terbesar kedua di dunia, yang memasok pengecer global termasuk Walmart, H&M dan Zara.
Berdasarkan analisis laporan operasional harian oleh Power Grid Company of Bangladesh (PGCB) pembangkit listrik dari batu bara melonjak hingga mencapai rekor 21 miliar kilowatt-jam (kWh) pada 2023, naik dari 7,9 miliar kWh listrik yang dihasilkan dari batu bara pada 2022.
Berdasarkan catatan Bisnis, China menerapkan kembali bea masuk sebesar 6% untuk batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan 3% untuk batu bara kokas. Indonesia terlindungi dari tarif tersebut karena perjanjian perdagangan bebas dengan China.
Menteri Pertambangan India Pralhad Joshi menuturkan bahwa permintaan listrik India diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada 2030. Hal ini menandakan ketergantungan India yang besar terhadap batu bara untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Harga CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 melemah 19 poin menjadi 3,625 ringgit per metrik ton. Kemudian, untuk kontrak pada Maret 2024 juga mengalami pelemahan sebesar 36 poin menjadi 3,626 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia telah anjlok untuk sesi keempat secara berturut-turut pada Rabu (3/1) dan mencapai level terendah dalam dua bulan. Penurunan ini terbebani oleh permintaan dan harga minyak kedelai yang melemah. Data impor yang kuat ke India membatasi penurunan tersebut.
Direktur broker Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor, Paramalingam Supramaniam, menuturkan bahwa saat ini tidak ada tren nyata yang terlihat pada minyak sawit.
“Faktor-faktor yang menggerakkan pasar termasuk lemahnya permintaan, ekspektasi akan penguatan ringgit, dan curah hujan yang melimpah di Argentina, membantu para petani dalam menanam kedelai,” jelasnya.
Dalam beberapa minggu terakhir, curah hujan yang melimpah di jantung pertanian utama Argentina telah mendukung produksi kedelai. Para analis memperkirakan panen di wilayah tersebut akan terjadi pada tahun ini.
Lima dealer juga mengatakan bahwa impor minyak sawit India meningkat pada Desember 2023 ke level tertinggi dalam empat bulan. Kenaikan ini terjadi karena pembelian minyak sawit olahan melonjak lantaran harga yang kompetitif.
Kontrak minyak kedelai teraktif Dalian, DBYcv1, dan kontrak minyak sawit, DCPcv1, masing-masing turun 1,6% dan 1,8%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1, menurun sebesar 0,9%.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup melemah -0,59% terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih lemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.