Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), mengalami penurunan kinerja pada semester I/2022.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, penjualan emiten dengan kode saham SIDO tersebut turun 2,58 persen menjadi Rp1,61 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp1,65 triliun.
Turunnya penjualan SIDO berimbas pada laba bersih. Belum lagi, pembengkakan beban pokok penjualan turun menggerus bottom line. Laba bersih SIDO tercatat turun 11,24 persen secara tahunan menjadi Rp445,59 miliar dibandingkan dengan Rp502 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia dalam riset yang dirilis Jumat (12/8/2022) menyebutkan penurunan kinerja SIDO terutama disebabkan oleh merosotnya volume penjualan produk segmen utama yang mencakup jamu herbal dan suplemen.
“Kami nilai salah satunya disebabkan oleh melemahnya permintaan suplemen seiring dengan melandainya kasus Covid-19,” kata Pebe dikutip Minggu (14/8/2022).
Samuel Sekuritas memperkirakan penurunan ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Hal ini membuat dia menurunkan proyeksi pendapatan SIDO untuk 2022 dari sebelumnya Rp4,58 triliun menjadi hanya Rp3,75 triliun. Laba bersih SIDO juga diestimasi berada di angka Rp1,03 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya Rp1,44 triliun.
Baca Juga
“Kami melihat tren penurunan kinerja SIDO akan terus berlanjut hingga kuartal selanjutnya, salah satunya akibat high base effect di tahun lalu terutama gelombang kedua Covid-19 pada kuartal III/2021 meningkatkan permintaan untuk suplemen SIDO. Karenanya, kami merevisi proyeksi kami untuk pendapatan dan laba bersih SIDO untuk 2022,” katanya.
Margin laba kotor (gross profit margin/GPM) SIDO tercatat turun 320 basis poin menjadi 53 persen yang diperkirakan disebabkan oleh berubahnya struktur sumber pendapatan. Kontribusi penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang memiliki GPM 66,4 persen tercatat turun menjadi 61,3 persen pada semester I/2022 dibandingkan dengan 64,1 persen pada semester I/2021.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan penurunan GPM SIDO adalah kenaikan harga bahan baku serta fixed cost/sales yang menggerus GPM segmen utamanya sebesar 95 basis poin. Hal tersebut membuat laba kotor SIDO turun 8,1 persen yoy menjadi Rp854,5 miliar dan laba bersih turun 11,24 persen yoy.
Terlepas dari situasi ini, Samuel Sekuritas memperkirakan SIDO akan kembali menunjukkan pertumbuhan pada 2023, didorong oleh inovasi produk baru, pembukaan gerai-gerai baru dan juga oleh ekspansi penjualan ekspor.
Samuel Sekuritas menurunkan rekomendasi untuk saham SIDO dari buy menjadi hold dengan target harga Rp830 turun dari sebelumnya Rp1.110 20.4x PE FY23F.
Di lantai bursa, saham SIDO ditutup naik 0,65 persen menjadi Rp770 pada akhir perdagangan Jumat (12/8/2022). Sejak awal tahun, harga SIDO terkoreksi 10,98 persen dengan kapitalisasi pasar Rp23,10 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.