Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Reksa Dana Undervalue Akibat Goncangan IHSG, Peluang Bagi Investor?

Posisi undervalue reksa dana dipicu oleh Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang mengalami pelemahan.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (5/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (5/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – PT Infovesta Utama mengungkapkan harga reksa dana saat ini berada di posisi undervalue karena Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang mengalami pelemahan.

Mengutip laporan mingguan Infovesta, kondisi tersebut dipercaya menjadi daya tarik produk reksa dana sehingga mendorong investor untuk meningkatkan kepemilikannya di reksa dana dengan harga yang lebih rendah.

“Terlihat bahwa AUM reksa dana saham mengalami penurunan namun meningkat dari sisi unit penyertaan (UP),” tulis Infovesta dalam laporan mingguan, Senin (11/7/2022).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai aktiva bersih (NAB) atau asset under management (AUM) reksa dana sepanjang tahun dari bulan ke bulan terus mengalami penurunan.

Per Juni 2022, AUM reksa dana tercatat sebanyak Rp548,48 triliun, jumlah tersebut turun 1,74 persen jika dibandingkan dengan bulan Mei 2022.

Sementara jika dibandingkan dengan dana kelolaan pada awal Januari 2022 jumlah AUM telah turun sebesar 4,55 persen atau Rp26,15 triliun, di mana AUM pada Januari 2022 tercatat sebesar Rp574,63 triliun.

Namun di sisi lain, dari sisi unit penyertaan alias UP yang awalnya mengikuti pelemahan AUM dari bulan ke bulan, pada bulan Juni 2022 justru tercatat meningkat dari 405,91 miliar unit pada Mei 2022, menjadi 406,28 miliar unit.

Walaupun memang sepanjang tahun ini UP di bulan Juni hanya lebih baik dari bulan Mei 2022, dan masih dibawah capaian UP di bulan-bulan lainnya. UP reksa dana tertinggi berdasarkan data OJK masih berada di bulan Januari 2022 yaitu sebanyak 421,78 miliar unit.

Kondisi tersebut menurut Infovesta terjadi karena pelemahan IHSG yang terus terjadi yang mengakibatkan harga reksa dana menjadi undervalued.

“Hal ini menjadi daya tarik investor untuk dapat meningkatkan kepemilikannya di reksa dana dengan harga yang lebih rendah,” tulisnya.

Lebih lanjut, Infovesta mengungkapkan saat ini industri reksa dana mengalami perlambatan. Namun di tengah sentimen negatif yang mempengaruhi pasar modal di Tanah Air termasuk reksa dana, menurutnya investor masih dapat berinvestasi di harga yang lebih “murah”.

“Oleh karena itu investor disarankan untuk tetap mencermati perkembangan pasar sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi,” katanya.

Infovesta menyebutkan ketidakpastian kondisi pasar saat meningkatkan kekhawatiran investor yang terefleksi pada net sell investor asing sepekan lalu sebesar Rp2,56 triliun di pasar reguler.

Bahkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah dan telah menyentuh level Rp14.977 per dolar AS pada akhir penutupan perdagangan Jumat (8/7/2022) lalu.

Kekhawatiran saat ini pun menurut Infovesta terus berlanjut karena adanya perlambatan ekonomi global yang dikhawatirkan bisa masuk ke kondisi resesi. Di Indonesia sendiri, data inflasi telah mencapai batas atas Bank Indonesia di level 4,35 persen.

Kenaikan inflasi di Indonesia sendiri terjadi karena kenaikan harga komoditas dan pelemahan mata uang di berbagai negara sehingga mendorong pelaku pasar mencari safe-haven currency.

Tidak hanya itu, rencana The Fed kembali menaikkan suku bunga di AS sebanyak 50 hingga 75 basis poin di bulan Juli untuk menangani inflasi turut mengakibatkan berlanjutnya fluktuasi secara global.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper