Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis memperkirakan penerbitan surat utang korporasi pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan 2020. Sejumlah sektor pun dinilai menarik untuk diperhatikan.
Vice President Fixed Income Research Division Mandiri Sekuritas Teddy Hariyanto mengatakan prospek penerbitan obligasi korporasi pada semester II/2021, masih tetap tinggi. Menurutnya, saat ini, kondisi suku bunga masih rendah membuat kecenderungan emiten obligasi melakukan refinancing masih tinggi.
Selain itu, emiten yang menerbitkan surat utang pada 2019-2020 juga masih memiliki sisa Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB). Ditambah lagi, sisa PUB korporasi yang baru menerbitkan obligasi selama semester 1/2021.
“Mereka ingin memanfaatkan momentum suku bunga rendah ini untuk mendapatkan dana dengan tenor yang panjang dan suku bunga tetap serta memperbaiki cash flow mereka,” terang Teddy kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dia menilai kondisi suku bunga rendah telah menyebabkan suku bunga deposito sangat rendah dan imbal hasil goverment bond juga relatif rendah.
Di sisi lain, kondisi ekonomi yang sangat menantang menyebabkan pasar saham sangat volatil. Oleh karena itu, untuk mendiversifikasi risiko dan meningkatkan yield, investor sangat tertarik dengan obligasi korporasi.
Baca Juga
Namun, investor cenderung memilih obligasi yang memiliki peringkat A ke atas hingga AAA. Beberapa surat utang korporasi dengan rating di atas A adalah yang dikeluarkan oleh TBIG, PTPP, dan WIKA yang mencatatkan oversubscribed.
Obligasi yang masih menarik, lanjut Teddy, berasal dari sektor yang relatif aman atas dampak pandemi atau mulai pulih dari dampak pandemi. Misalnya, sektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, rumah sakit, dan telekomunikasi.
Selain itu, investor perlu memerhatikan kondisi fundamental dan keuangan maupun prospek bisnis emiten. Tingkat dukungan dari shareholder atau grup serta tingkat kupon yang ditawarkan emiten juga patut menjadi pertimbangan.
Adapun Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai terdapat kemungkinan penerbitan surat utang korporasi pada 2021, bisa melampaui tahun lalu. Menurutnya, biaya penerbitan obligasi saat ini jauh lebih rendah dibandingkan pada 2020.
“Tahun ini, penerbitan harusnya bisa lebih tinggi karena cost of fund rendah dan industri sudah bergeliat secara umum dan ekonomi mulai pulih sehingga mereka butuh pembiayaan di tahun ini,” jelas Ramdhan.
Namun, dia juga menyampaikan investor sedang berhati-hati karena ada beberapa emiten yang gagal bayar atau mengalami penurunan peringkat. Tapi, karena yield Surat Berharga Negara (SBN) masih rendah, obligasi korporasi menjadi sangat menarik.
“Harus kombinasi dengan bond corporate karena return yang besar. Industri telekomunikasi menarik, apalagi yang menerbitkan obligasi memiliki peringkat bagus semua,” sambung Ramdhan.
Dia tidak menyarankan investor masuk ke dalam obligasi korporasi dari sektor pariwisata dan infrastruktur karena memiliki outlook negatif.