Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Kerek Potensi Produk Alternatif Investasi

Pandemi Covid-19 membuka peluang bagi produk alternatif, seperti reksa dana penyertaan terbatas atau RDPT yang mana memungkinkan investor untuk berinvestasi hanya pada efek nonpenawaran umum, baik saham, obligasi, maupun mezzanine.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Sepanjang semester I/2020 produk investasi alternatif, secara dana kelolaan tak terlalu terpengaruh oleh pandemi Covid/19. Sebaliknya, pandemi dinilai membuka peluang untuk jenis produk ini.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per 30 Juni 2020, dana kelolaan produk alternatif investasi alternatif mencapai R55,09 triliun, tumbuh 11,51 persen dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 yang sebesar Rp49,40 triliun.

Sebaliknya, dalam periode yang sama dana kelolaan produk reksa dana secara industri mengalami penurunan 11,00 persen, dari Rp542,17 triliun menjadi Rp482,54 triliun. 

Direktur Batavia Prosperindo Asset Management Prihatmo Hari mengatakan sepanjang paruh pertama tahun ini bukan masa yang cemerlang bagi produk reksa dana. Pasalnya, situasi pasar yang berfluktuasi menyebabkan dana kelolaan terus tergerus.

Dia menyebut ada dua penyebab dana kelolaan atau penurunan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana, yakni penuruanan harga saham yang membuat valuasi turun dan aksi pencairan reksa dana atau redemption. Sebaliknya, produk alternatif investasi tak mengalami hal ini.

“Karena itu produk alternatif cenderung tidak terpengaruh oleh gejolak di pasar saham dan obligasi,” ungkapnya akhir pekan lalu.

Prihatmo menyebut krisis membuka peluang bagi produk alternatif, seperti reksa dana penyertaan terbatas atau RDPT yang mana memungkinkan investor untuk berinvestasi hanya pada efek nonpenawaran umum, baik saham, obligasi, maupun mezzanine.

“Jadi ini memang ditujukan untuk menggerakkan sektor riil,” katanya.

Selain itu, di tengah dampak perlambatan kredit perbankan, produk investasi alternatif lainnya yakni kontrak investasi kolektif efek berangun aset (KIK EBA) juga dapat menjadi pilihan.

Hari mencontohkan jika ada perbankan yang mengalami kesulitan likuiditas dan ingin mengonversi loan asset atau aset pinjamannya menjadi dana segar, bisa melakukan sekuritisasi aset melalui KIK EBA.

Selanjutnya, Hari menilai peluang juga muncul krisis yang mendera sektor properti dan infrastruktur.

Dia menyebut saat ini sektor properti menjadi salah satu yang paling terpukul dan banyak perushaan properti yang melakukan penjualan aset sehingga terjadi koreksi harga terhadap aset properti.

Menurutnya, kondisi ini dapat menjadi peluang yang menarik terutama bagi yang memiliki horizon investasi jangka panjang, untuk mulai berinvestasi pada KIK dana investasi real estat (DIRE).

Sementara bagi sektor infrastruktur, sikap pemerintah yang memfokuskan alokasi APBN untuk penanganan dan pemulihan dampak pandemi tak ayal berpengaruh terhadap pembiayaan infrastruktur sehingga dibutuhkan alternatif pendanaan lain.

 “Ini merupakan peluang juga yang dapat digunakan dalam industri ini, dalam pengembangan dana KIK Dana Infrastruktur atau Dinfra, ini bisa dalam bentuk debt maupun equity,” tuturnya.

Senada, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi (MMI) Alvin Pattisahusiwa mengatakan produk alternatif investasi didesain untuk menjadi solusi bagi korporasi dalam hal pendanaan alternatif.

“Sedangkan bagi investor menjadi pilihan berinvestasi di produk selain RD konvensional dengan imbal hasil yang cukup menarik,” katanya kepada Bisnis, pekan lalu.

Dia menyebut volatilitas produk investasi alternatif bergantung pada aset dasar (underlying asset) yang menjadi pembentuk KIK. Salah satu yang memiliki volatilitas rendah adalah surat utang atau surat berharga.

Lebih lanjut, Alvin menilai potensi produk alternatif investasi masih tinggi mengingat kebutuhan dari korporasi di Indonesia untuk pendanaan dengan nilai besar, apalagi di masa seperti saat ini. Namun, opsi pendanaan ini terbilang belum populer.

“Tidak terlalu sulit mencari korporasi yang butuh pendanaan pada masa sekarang, tinggal dari sisi investor yang butuh pendalaman dan basis yang lebih banyak sehingga tidak terbatas hanya pada investor institusi yang itu-itu saja,” tuturnya.

Untuk itu pihaknya mencoba memperluas basis investor, dengan harapan pasarnya tak terbatas di lingkup lokal tapi dapat menjangkau investor di kancah internasional. Salah satu upayanya adalah mengandalkan anak usaha perseroan di Singapura, yakni Mandiri Investment Management Singapore Ltd.

Tertunda

Sejak awal tahun ini MMI dan JSMR juga tengah menjajaki penerbitan KIK EBA Syariah bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan aset dasar hak pendapatan dari tiket ruas Tol JORR Cilincing-Cikunir. Namun, penerbitannya masih tertunda akibat penurunan traffic akibat pandemi. 

“Tapi tetap kami usahakan terbit tahun ini,” katanya.

Direktur Pemasaran dan Produk Bahana TCW Investment Management Rukmi Proborini mengatakan kasus Covid-19 yang mulai merebak sejak akhir kuartal I/2020 membuat beberapa proyek alternatif investasi tertunda penerbitannya.

“Terpaksa tertunda untuk evaluasi yang lebih terintegrasi. Semoga di kuartal IV atau awal tahun depan bisa dimulai,” ungkapnya.

Terlepas dari penundaan tersebut, dia mengamini bahwa potensi produk alternatif investasi meningkat akibat adanya pandemi. Namun, situasi yang terjadi sekaligus membuat evaluasi pengukuran risiko menjadi lebih lebar dan memakan waktu. 

Hal tersebut kemudian menyebabkan beberapa perusahan yang potensial sebagai undelying perlu melakukan beberapa penyesuaian dan transformasi agar dapat sejalan dengan kondisi saat ini.

“Betul potensi meningkat, tetapi momentum agak bergeser,” kata Rukmi.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper