Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Konsumer Terkerek Sentimen Pemulihan Ekonomi

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks sektor konsumer ditutup parkir pada zona merah dengan penurunan 0,05 persen atau 0,95 poin ke level 1.851,24.
Produk Unilever dipajang di sebuah toko kelontong di India/ Bloomberg
Produk Unilever dipajang di sebuah toko kelontong di India/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer dianggap masih memiliki prospek yang cerah di tengah data penurunan penjualan pada kuartal II/2020.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks sektor konsumer ditutup parkir pada zona merah dengan penurunan 0,05 persen atau 0,95 poin ke level 1.851,24.

Adapun, indeks yang merupakan rumah dari 57 emiten tersebut terpantau masih menjadi indeks sektoral dengan penurunan paling kecil secara year-to-date yakni 9,86 persen.

Terbaru, PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) melaporkan penjualan sebesar Rp2,19 triliun pada semester I/2020, menurun tipis 1,3 persen secara tahunan dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp2,22 triliun.

Direktur Keuangan Kino Indonesia Budi Muljono mengakui hal tersebut. Namun menurutnya, laba bersih perseroan bertumbuh jika mengasingkan pos keuntungan diskon dari pembelian saham Morinaga awal tahun lalu.

“Kita harus exclude angka ini (keuntungan laba diskon pembelian saham) dari laba semester satu tahun lalu sehingga perubahan laba adalah dari sekitar Rp96,7 miliar (semester I/2019) menjadi Rp117,7 miliar (semester I/2020) sehingga justru laba bersih kita seharusnya naik 21,7 persen," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (27/7/2020). 

Di sisi lain, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dalam rilis persnya pekan lalu, mengklaim mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp21,77 triliun, tumbuh 1,5 persen year-on year pada periode 6 bulan pertama tahun ini.

Namun, hal ini juga berarti, penjualan pada periode kuartal kedua hanya sebesar Rp10,6 triliun, menurun 1,6 persen secara tahunan dan anjlok 4,8 persen secara kuartalan.

Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan, berkaca pada data yang disampaikan Unilever, salah satu motor penggerak sektor konsumer, penurunan penjualan pada kuartal kedua tahun 2020 tak lain disebabkan oleh segmen food and refreshment. Namun, secara umum, kinerja emiten berkode saham UNVR masih cukup stabil di tengah pandemi Covid-19.

Fariz memberikan gambaran, penurunan daya beli masyarakat dan realisasi bujet untuk pemulihan ekonomi dari pemerintah belum terserap dengan optimal pada semester pertama tahun ini.

“Harusnya bisa U turn cepat (untuk emiten konsumer) kalau realisasi budget pemerintah bisa di-disburse dengan optimal di semester kedua,” ujar Fariz kepada Bisnis, Senin (27/7/2020).

Apalagi jika pencairan gaji ke-13 aparatur sipil negara (ASN) yang mungkin akan terealisasi dalam waktu dekat, Fariz mengungkapkan bahwa segmen menengah ke bawah bisa jadi lebih cepat pulih untuk ke depannya.

Karenanya, ia lebih menjagokan saham emiten konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dengan target masyarakat menengah ke bawah ditambah dengan harga sahamnya yang dinilainya masih sangat atraktif pasca pengumuman akuisisi dengan Pinehill Company Limited.

“Target harga Rp11.900 untuk ICBP, Rp8.425 untuk INDF,” ungkapnya.

Di sisi lain, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama merekomendasikan beli saham emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dengan target harga Rp2.550 dan Rp66.125 untuk jangka panjang.

Sementara itu, ia juga merekomendasikan beli saham UNVR yang secara teknikal menurutnya sudah dalam posisi uptrend dengan estimasi target harga jangka panjang pada level Rp10.175. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper