Bisnis.com, JAKARTA - Produksi tembaga China kembali mencetak rekor, meskipun dibayangi laba yang merosot dan prospek permintaan yang lemah sepanjang tahun berjalan 2019.
Berdasarkan data Biro Statistik China, produksi tembaga periode November mencapai 909.000 ton, melebihi rekor sebelumnya sebanyak 868.000 ton pada Oktober. Volume produksi tembaga telah naik 20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dan naik 11% untuk periode Januari hingga November 2019 di level 8,88 juta ton.
Adapun, peningkatan tajam dalam produksi tembaga terjadi ketika pabrik peleburan di China terburu-buru untuk memenuhi target produksi tahunan dan memprioritaskan volume dibandingkan dengan laba perusahaan.
Hal itu terjadi bahkan ketika ekonomi China telah melambat dan permintaan tembaga telah dihancurkan oleh perang perdagangan AS dan China yang terjadi berlarut-larut sejak tahun lalu.
Akibatnya, pabrik peleburan tembaga China tengah diterpa margin laba yang lebih tipis atau bahkan untuk beberapa perusahaan telah merugi seiring dengan biaya perawatan tambang yang lebih mahal karena harga tembaga yang rendah tidak dapat mengimbangi ekspansi.
Sementara itu, penguatan tembaga menjadi terbatas sempat bergerak menguat tajam dalam beberapa perdagangan terakhir didukung oleh perkembangan positif dari hubungan dagang antara AS dan China.
Baca Juga
Analis China Industrial Futures Fan Bingting mengatakan bahwa pasar telah mencerna sentimen positif yang cukup membawakan aura optimisme menyusul serangkaian peristiwa makro. Namun, kini momentum penguatan tembaga telah memudar. Dia menilai, harga dapat berfluktuasi pada tingkat yang lebih tinggi akibat tarik ulur sentimen tersebut.
“Meningkatnya produksi China telah meningkatkan pasokan global sehingga dapat membatasi penguatan tembaga,” ujar Fan seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (18/12/2019).
Namun, Analis Argonaut Securities Helen Lau mengatakan bahwa pasar tengah menunggu detail dari isi perjanjian perdagangan tahap pertama AS dan China untuk mengetahui seberapa besar dampaknya terhadap ekonomi.
“Ini sedikit mengambil untung, tetapi ini tidak mengubah tren keseluruhan untuk tembaga. Kami melihat banyak tanda-tanda pemulihan dalam ekonomi domestik China dan pemerintah China mengatakan bahwa dukungan fiskal 2020 akan lebih efektif sehingga membantu harga tembaga,” ujar Helen seperti dikutip dari Reuters, Rabu (18/12/2019).
Dia memprediksi tembaga mungkin dapat menguji level US$6.300 per ton pada tahun depan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (17/12/2019), harga tembaga di bursa London nyaris tidak bergerak di level US$6.200 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2019, harga telah bergerak menguat sekitar 3%.