Bisnis.com, JAKARTA — Kuartal kedua tahun ini telah menjadi periode yang menentukan bagi PT Surya Citra Media Tbk.
Pasalnya, pada periode ini, emiten bersandi saham SCMA tersebut mulai mengkonsolidasikan aset digitalnya.
Adapun, SCMA telah menyelesaikan akuisisi sejumlah platform digital dari induk usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK).
Beberapa lini bisnis yang diperoleh sepenuhnya maupun sebagian dari EMTK seperti KapanLagi Youniverse (KLY) yang mengoperasikan berbagai portal web, a.l. bola.net, kapanlagi. com, dan liputan6.com), Vidio.com (platform OTT), dan dan PT Binary Ventura Indonesia (BVI).
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Gani menilai kinerja yang diperlihatkan oleh SCMA sepanjang paruh pertama tahun ini belum begitu menggairahkan. “Tetapi, kami tetap yakin bahwa inisiatif digital merupakan kunci untuk menopang pertumbuhan,” tulis Gani dalam riset terbarunya, seperti dikutip pada Senin (19/8/2019).
Dirinya menilai, ke depannya eksekusi dari bisnis digital bakal semakin kritikal bagi perseroan sembari tetap menjaga pangsa pasar penonton.
Adapun, segmen digital and out-of-home (OOH) dari SCMA memberikan Rp190 miliar ke dalam pendapatan sepanjang paruh pertama tahun ini. Pencapaian tersebut naik 69,3% secara yoy dan berkontribusi sebesar 7% terhadap total pendapatan.
“SCMA tidak merincikan per perusahaan, tapi kami yakin KLY merupakan kontributor paling besar untuk [pendapatan] segmen tersebut,” tulis Gani.
Seiring dengan segmen digital dan OOH menunjukkan mode ekspansi, hal itu masih menekan margin operasional SCMA pada semester I/2019.
Adapun margin operasional perseroan memang membaik menjadi -58,5% pada paruh pertama tahun ini dari posisi -101,8% pada periode yang sama tahun lalu.
Ke depannya, Gani menilai SCMA masih akan tetap aktif menambah kontennya. Dalam 12 bulan ke depan, SCMA bakal menggelontorkan US$20 juta untuk produksi seri drama dan sebesar US$8 juta untuk konten olahraga.
Bahkan, SCMA masih dalam pembicaraan dengan perusahaan media asing untuk menyuntikkan dana sebagai pemegang saham minoritas di Vidio. SCMA diperkirakan bakal mendapat US$100 juta lewat transaksi itu dengan menjual hingga 50% sahamnya.
Senada, analis J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Indra Cahya menilai akuisisi aset digital yang dilakukan SCMA baru-baru ini merupakan langkah positif.
Dengan konsolidasi, aset digital tersebut akan menyumbang sekitar 15 persen terhadap pendapatan perseroan dan berpotensi mempercepat pertumbuhan top-line.
“Dengan kebiasaan transaksi dengan afiliasi (dari induk usaha, EMTK), kami yakin komunikasi dengan investor akan menjadi krusial terhadap performa saham secara jangka pendek,” tulis Indra dalam riset terbarunya.
Target Harga
Indra pun menurunkan target harga untuk SCMA menjadi Rp1.800 dari sebelumnya Rp2.200 kendati masih memberikan rekomendasi overweigth.
Harga tersebut mewakili rata-rata PE dalam 12 bulan terakhir. Tantangan bagi SCMA adalah lemahnya eksekusi dari divisi digital, memburuknya pangsa pasar penonton, meningkatnya biaya operasional, dan penerbitan rights issue yang diperpanjang.
Begitu pula, Gani masih merekomendasikan beli untuk SCMA dengan target harga Rp1.500.
Di lantai bursa, SCMA ditutup memerah 0,80 persen ke level Rp1.240 pada akhir perdagangan Senin (19/8/2019) dengan kapitalisasi pasar Rp18,31 triliun.