Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield Obligasi Indonesia Unggul di Pasar Asia

Dalam pertempuran antara dua pasar obligasi besar dengan imbal hasil tertinggi di Asia, Indonesia siap menjadi pasar obligasi dengan imbal hasil tertinggi mengalahkan India.

Bisnis.com, JAKARTA--Dalam pertempuran antara dua pasar obligasi besar dengan imbal hasil tertinggi di Asia, Indonesia siap menjadi pasar obligasi dengan imbal hasil tertinggi mengalahkan India. 

Manajer uang global semakin menghindari sekuritas India ketika pemerintah Narendra Modi membagikan miliaran dolar melalui pemangkasan pajak dan peningkatan subsidi untuk meningkatkan daya tarik perdana menteri menjelang pemilihan.

Langkah ini berdampak pada pembengkakan defisit negara.

Sebaliknya, status fiskal Indonesia yang membaik dan sikap kebijakan moneter yang agresif dalam menghadapi tantangan global telah memoles aset negara di mata investor.

Keduanya memiliki kesamaaan, terutama yang berlaku pada tahun ini. Indonesia dan India menjalankan defisit transaksi berjalan, sangat sensitif terhadap perubahan dalam kebijakan suku bunga AS, dan akan menghadapi pemilihan umum presiden pada 2019.

“Obligasi Indonesia terlihat lebih menarik mengingat imbal hasil yang tinggi, perekonomian cenderung berjalan baik dan keuangan mungkin berada pada posisi relatif yang lebih baik daripada India,” ujar Direktur Fixed Income Schroder Investment Management Ltd., Manu George, seperti dikutip oleh Bloomberg, Minggu (10/2).

Aset di kedua negara akan diuji minggu ini bersamaan dengan laporan inflasi utama dan output pabrik India serta laporan data perdagangan Indonesia.

Imbal hasil obligasi India 2028 yang diperdagangkan secara luas melonjak 13 basis poin pada 1 Februari. Realisasi ini tercapai bersamaan pada hari pemerintahan Modi mengumumkan rencana untuk menjual sekuritas senilai 7,1 triliun rupee atau sebesar US$100 miliar untuk membiayai defisit fiskal untuk tahun yang dimulai 1 April.
 
Bahkan kejutan penurunan suku bunga oleh bank sentral India pekan lalu tidak sepenuhnya mampu meredam kerugian karena kekhawatiran pasokan likuditas negara telah merusak selera investor.

Pada periode yang sama di Indonesia, imbal hasil obligasi yang jatuh tempo pada periode serupa telah turun 13 basis poin bulan ini.

Dengan reli baru-baru ini, sekuritas bertenor 10-tahun yang ditawarkan Indonesia masih memberikan yield sekitar 7,88% dan merupakan yang tertinggi di Asia. 

Menurut data yang dikumpulkan Bloomberg, penawaran ini membantu memikat sekitar US$2 miliar dalam investasi portofolio asing tahun ini, dibandingkan dengan outflow India sekitar US$743 juta.

Kontes politik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pasar tahun ini dimana investor sedang menghindari obligasi India di tengah meningkatnya ketidakpastian politik menjelang pemilu April-Mei.

Sementara itu di Indonesia, eksistensi Presiden Joko Widodo diperkirakan dapat membantu dirinya mengamankan masa jabatan periode kedua. 

Terkait kondisi ekonomi negara terhadap pemilu presiden, Timothy Ash, ahli strategi di BlueBay Asset Management di London, mengatakan profil keuangan publik yang lebih baik dan pengaturan kebijakan moneter dan fiskal yang sangat ortodoks menjadi pertanda baik bagi aset Indonesia.


"Dari segi risiko, pasar Indonesia masih lebih menarik," ujar Ash.

Indonesia memperkirakan kekurangan fiskal sebesar 1,84% dari produk domestik bruto (PDB) untuk 2019, sementara India bulan ini meningkatkan target defisitnya untuk tahun fiskal sekarang dan yang akan datang menjadi 3,4% dari PDB.
 
Ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan akan menunjukkan kinerja terbaik berkat dua faktor penting yakni rebound harga sumber daya alam yang menguntungkan eksportir serta poros dovish The Fed terhadap rencana kenaikan suku bunga acuan yang sempat menyebabkan fenomena penarikan modal investor asing pada tahun lalu.

"Mengingat sifat kompleks politik India, investor lebih khawatir tentang ketidakpastian pemilu di India daripada di Indonesia," kata Vivek Rajpal, ahli strategi tingkat di Nomura Holdings Inc. di Singapura. 


Rajpal mengatakan bahwa obligasi Indonesia diperhitungkan akan lebih menguntungkan karena latar belakang ekonomi global yang tengah melesu yang dipicu oleh perubahan taktik moneter The Fed dan penurunan imbal hasil riil AS.

Beberapa manajer keuangan mengatakan bahwa rencana pinjaman Perdana Menteri Narendra Modi yang sebesar US$100 miliar bukanlah satu-satunya berita buruk bagi pasar obligasi India.

Menurut OppenheimerFunds Inc.Penjualan utang masih bisa gagal untuk menjembatani defisit perkiraan karena anggaran pemerintah bergantung pada pengumpulan pendapatan yang ambisius dan item satu kali (one-off items) yang mungkin tidak bisa menopang pendapatan negara.

Manajer aset terbesar di Eropa, Amundi SA, juga mengatakan bahwa obligasi dari negara-negara Asia lainnya menawarkan nilai imbal hasil yang lebih baik.

Modi pada Jumat (8/2) mengerluarkan kebijakan senilai US$13 miliar untuk pembayaran bagi para petani dan bantuan dana keringanan pajak guna meningkatkan dukungan sebelum pemilu. Langkah-langkah ini akan berakhir dengan defisit negara yang semakin melebar.

Kebijakan dan dampak tersebut merupakan berita buruk bagi pasar telah merosot dalam lima hingga enam pekan terakhir karena investor asing tercatat telah menjual utang negara senilai 43,6 miliar rupee pada Januari, setelah memangkas kepemilikan sebesar 179 miliar rupee pada 2018.

Kepala Fixed Income di OppenheimerFunds Krishna Memani memperkirakan kerugian neraca defisit akan menjadi lebih parah.

"Ini adalah anggaran pemilu dan pemerintah telah mereka bersedia untuk menanggung beban biaya tersebut," kata Memani.

Menurut Memani, pelemahan fiskal dan ketidakpastian politik berarti obligasi India akan bersaing dengan pasar berkembang lainnya yang memiliki risiko ekonomi dan politik yang lebih rendah.

Investor asing diketahui telah menjual 13,5 miliar rupee utang negara pada hari Senin (4/2) dan merupakan jumlah terbesar sejak 12 Desember 2018.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper