Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi, PT Indofarma Tbk. (INAF) bersama perusahaan asal Korea Selatan siap mendirikan joint venture untuk membangun pabrik senilai Rp200 miliar.
Finance & Human Capital Director Indofarma, Herry Triyatno mengungkapkan INAF ingin menjadi mayoritas, tetapi belum tentu partner joint venture mengizinkannya. Herry mengatakan INAF telah meneken nota kesepakatan dengan Korea Selatan, namun masih belum menetapkan porsi dalam investasi.
"Nilai investasi masih kami hitung, sekitar Rp200 miliar. Detail perjanjian masih on going dan semoga bulan depan selesai. Masing-masing pihak ingin dominan," katanya, Rabu (26/12/2018).
Bila dilihat dari sudut yang berbeda, Herry mengatakan INAF tetap memiliki keuntungan meskipun menjadi minoritas, sebab produk-produk yang dihasilkan dari pabrik JV ini akan dijual oleh distributor Indofarma. Adapun alat yang diproduksi oleh perusahaan JV seperti kateter jantung.
Herry mengharapkan kerja sama dengan Korea Selatan dapat menaikkan penjualan perseroan. Pada tahun depan, perusahaan farmasi plat merah berencana meningkatkan pendapatan dari segmen non-farmasi.
Saat ini, komposisi penjualan INAF sebesar 90% ditopang segmen farmasi, dan perseroan akan menyeimbangkan dengan memperbesar penjualan non-farmasi sehingga penjualan segmen farmasi bisa menurun.
Baca Juga
Indofarma menginginkan porsi penjualan menjadi 60% dari segmen farmasi dan non-farmasi 40%. Harry menilai, bila dua segmen tersebut seimbang maka kondisi perseroan akan menjadi lebih bagus.
Sebelumnya, Direktur Utama Indofarma, Rusdi Rosman mengatakan langkah yang ditempuh sejalan dengan transformasi yang tengah dilakukan. Rusdi memaparkan INAF akan masuk ke enam bisnis baru yakni bahan baku obat, kosmetik, alat kesehatan dan mesin pabrik, bahan medis habis pakai, insulin, serta jarum suntik.
Sebagai implemantasinya, INAF akan menggandeng mitra strategis yang berasal dari Korea Selatan dan Rusia. Secara detail, dia menyebut akan merealisasikan ekspansi di bidang bahan baku obat, kosmetik, alat kesehatan, dan mesin pabrik pada 2018.
Saat ini, tengah dilakukan kajian bersama mitra asal Negeri Gingseng. Rusdi menuturkan pihak dari Korea Selatan menyediakan dana dan teknologi kemudian perseroan menyediakan lahan atau bangunan pabrik hingga nantinya izin edar hingga pemasaran.