Bisnis.com, PANGKAL PINANG — Emiten tambang PT Timah Tbk. (TINS) melakuka inovasi dengan membuat Tambang Kecil Terintegrasi (TKT). Penggunaan TKT bertujuan untuk menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat setempat.
Kepala Divisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Timah Ichwan Azwardi menyampaikan, TKT merupakan teknologi yang digunakan dalam pola penambangan bawah permukaan. Dengan demikian, area di atas permukaan tidak akan terganggu sehingga masih dapat ditanami pepohonan.
Penerapan TKT dengan alat Bore Hole Minning (BHM) itu menggunakan teknik semprot air yang dilakukan di bawah tanah. Alat itu terbukti mampu menambang timah aluvial dengan efektif an efisien, tanpa harus melakukan pembukaan area yang luas.
"TKT ini hanya cocok untuk penambangan jenis timah aluvial dengan bukaan vegetasi yang minimal," tuturnya, Senin (30/7/2018).
Ichwan menjelaskan, keunggulan TKT ialah luasa area penambangan minimalis, potensi limbah sedikit, kegiatan land clearing dan stripping overburden sedikit, penggalian bijih maksimal, dan aspek keselamatan bisa dimaksimalkan.
Di sisi lain, penerapan TKT juga merupakan upaya TINS memberdayakan masyarakat sekitar. Pasalnya, 1 alat BHM dapat dioperasikan oleh 4 orang warga dengan 1 supervisi dari perusahaan.
Saat ini, perusahaan sudah mendistribusikan 40 alat ini ke berbagai wilayah Bangka Belitung. Jumlahnya diharapkan meningkat hingga 160 unit sampai akhir 2018.
"Masyarakat yang kami berdayakan sebelumnya ialah penambang ilegal yang masuk IUP [Izin Usaha Pertambangan] PT Timah. Kemudian kami rangkul, ajak kerja sama, karena mereka kan butuh pemasukan. Akhirnya kami fasilitasi dengan alat dan prosedur yang benar," ujarnya.
Perencanaan alat BHM untuk penerapan TKT sudah dilakukan TINS sejak akhir 2012. Pengoperasian awal dilakukan pada Februari 2018, dan pendistribusian ke masyarakat pada Mei 2018.
Direktur Operasi dan Produksi Timah Alwin Akbar menyampaikan, penambangan timah ilegal sudah menjamur di wilayah Bangka. Untuk menertibkan sangat sulit, sehingga lebih baik melakukan pemberdayaan masyarakat.
Setelah melakukan berbagai percobaan, perusahaan pun berhasil menciptakan konsep TKT yang menggunakan alat BHM. Peralatan baru ini menjadi solusi penambangan ramah lingkungan, ekonomis, dan melibatkan masyarakat sekitar.
"Makanya kami memberikan alat BHM secara cuma-cuma, kemudian mereka menyetor kepada kami," ujarnya.
Investasi 1 alat BHM mencapai Rp200 juta, sehingga sampai akhir 2018 perusahaan mengalokasikan belanja modal Rp32 miliar. Menurutnya, 1 unit alat itu dapat balik modal jika juga mencapai produksi 8 kg bijih timah per hari.
Namun, jumlahnya ternyata melampaui ekspektasi. Pasalnya, 1 unit BHM dapat menghasilkan 400 kg bijih timah per bulan.
Keberadaan alat baru juga menambah cadangan timah perseroan dari status sebelumnya yang masih sumber daya. Alasannya, volume cadangan baru bisa diakui oleh penilai independen jika perusahaan memiliki alat penambangannya.