Bisnis.com, JAKARTA — Emiten baru produsen dan penyedia perhiasan emas PT Hartadinata Abadi Tbk. menargetkan pertumbuhan pendapatan 20% tahun ini.
Sandra Sunanto, Direktur Utama Hartadinata Abadi, mengatakan setelah melepas sahamnya kepada publik melalui mekanisme penawaran umum perdana, perseroan optimistis bisa mencapai target pertumbuhan pendapatan 20% tahun ini dibandingkan dengan capaian tahun lalu.
Tahun lalu, emiten yang dengan kode saham HRTA ini berhasil membukukan pendapatan Rp2,1 triliun dengan laba bersih Rp103 miliar. Dengan proyeksi pertumbuhan 20%, estimasi pendapatan dan laba perseroan tahun ini mencapai Rp2,52 triliun dan Rp124 miliar.
“Kita optimis tahun ini penjualan meningkat. Di semester pertama ini kami sudah berhasil tumbuh 11% dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu,” katanya, Rabu (21/6/2017).
Sandra mengatakan, perseroan membukukan penjualan yang cukup baik pada periode penjualan menjelang lebaran tahun ini. Menurutnya, penjualan selama lebaran dapat meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan periode-periode biasa. Puncak penjualan terjadi pada tiga hari menjelang hari raya.
Adapun, melalui aksi korporasi penawaran umum perdana, perseroan berhasil meraup dana Rp330 miliar dari pelepasan 1,1 miliar saham seharga Rp300 per saham.
Alokasi terbesar dana hasil IPO, yakni 50%, akan digunakan untuk membayar pinjaman modal kerja. Melalui pelunasan itu, posisi utang terhadap modal perseroan menjadi hanya 0,3 kali.
Selebihnya, 42% akan digunakan untuk pembelian bahan baku emas murni, 6% untuk pembelian mesin baru, dan 2% untuk pembentukan dan penerapan aplikasi sistem e-commerce.
Berdasarkan publikasi di website perseroan, HRTA memiliki empat pabrik produksi perhiasan dan memiliki jalinan hubungan dengan 600 usaha retail di seluruh Indonesia.
Selama ini, perseroan rutin melayani permintaan perhiasan emas sebanyak 100 kg hingga 150 kg per bulan. Sejalan dengan bertumbuhnya pangsa pasar perhiasan emas di dalam negeri, perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 20%-25% setiap tahunnya.
Tahun ini, target produksi perseroan sekitar 700 kg hingga 750 kg per bulan dari 600 kg per bulan pada tahun lalu.