Bisnis.com, JAKARTA--Harga batu bara yang mulai rebound, membuat emiten pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) merancang target pada 2017. Kontrak dibidik naik 10% menjadi 319 juta ton batu bara tahun depan.
Direktur & Sekretaris Perusahaan Delta Dunia Makmur Errinto Pardede, mengatakan perseroan masih berhati-hati dalam menghadapi kenaikan harga batu bara. Meskipun diakuinya, kontrak jasa pertabangan dan produksi telah melonjak tajam pada tahun ini.
"Harga batu bara sekarang sudah naik kencang. Kami harapkan produksi akan lebih positif dengan kenaikan 10% pada tahun depan," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (27/12/2016).
Kontrak baru yang ditargetkan pada tahun depan berasal dari klien eksisting dan pelanggan baru. Rerata kontrak pertambangan dari pelanggan perseroan di atas 3 tahun.
Dia optimistis target kontrak tahun ini bakal tercapai, bahkan melonjak dari rencana 270 juta ton. Tercatat, kontrak pengupasan telah mencapai 267,3 juta ton dan produksi 31,9 juta ton. Seluruhnya, lebih tinggi 20 juta ton dari total target.
Dari target itu, perseroan telah menyerap anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$80 juta-US$100 juta dari target maksimum US$120 juta. Tahun depan, perseroan berencana menganggarkan belanja modal dengan nilai yang tak jauh berbeda, untuk pergantian peralatan.
Anak usaha DOID, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) mengantongi dua kontrak jasa pertambangan dengan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT Angsana Jaya Energy. Kedua kontrak tersebut mencapai US$493 juta, setara denagn Rp6,5 triliun.
Kontrak dari Adaro berupa perubahan jasa pertambangan Pit Paringin di tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan, dengan jangka waktu hingga 2022. Kontrak senilai Rp5,7 triliun tersebut terdiri dari 223 juta bcm pengupasan dan volume batu bara 31,8 juta ton.
Sementara, kontrak AJE sebagai pelanggan baru, beroperasi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, hingga 2018. Kontrak senilai Rp862 miliar tersebut terdiri dari overburden removal 19 juta bcm dan volume batu bara 6,3 juta ton.
Secara keseluruhan, kontrak yang telah diteken perseroan mencapai lebih dari Rp49,3 triliun setara US$3,8 miliar. Kontrak itu diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perseroan.