Bisnis.com, JAKARTA—Harga gula diperkirakan mendapatkan tekanan seiring dengan proyeksi berkurangnya impor dari India. Meskipun demikian, harga gula masih berpeluang menguat akibat defisit suplai di pasar global.
Pada perdagangan Rabu (5/10) pukul 17:44 WIB harga gula kontrak Maret 2017 naik 0,3 poin atau 0,53% menuju level US$0,23 per pon. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah meningkat sebanyak 54,53%.
Berdasarkan estimasi enam trader dan analis yang disurvei Bloomberg, impor gula india pada musim 2016—2017 yang dimulai 1 Oktober diperkirakan sebesar 1,25 juta ton. Angka ini merupakan volume terbesar sejak musim 2009—2010.
Meskipun demikian, estimasi terbaru itu jatuh dibandingkan survei pada Juni yang memperkirakan impor sebesar 2,1 juta ton. Adapun produksi dapat jatuh 10% menjadi 22,5 juta ton, berdasarkan survei Bloomberg lainnya.
Harga gula sempat mencapai level tertinggi sejak Juli 2012 setelah menguatnya spekulasi India sebagai konsumen terbesar di dunia bakal memacu impor untuk memenuhi defisit domestik. Di sisi lain, cuaca kering dan dingin yang melanda Brasil menghalangi proses penanaman tebu.
Namun, melejitnya harga cukup membuat Negeri Hindustan berpikir ulang dalam melakukan pembelian dan menunda impor. Pemerintah setempat juga berjanji mengendalikan harga gula domestik.
Indian Sugar Mills Association memerkirakan pasokan musim depan akan cukup untuk memenuhi permintaan domestik sekitar 25,6 juta ton dengan stok sejumlah 7,5 juta ton. Sementara produksi dalam negeri akan turun 6,8% menjadi 23,4 juta ton pada 2016—2017.
Mukesh Kuvadia, secretary general Bombay Sugar Merchants Association, menuturkan pemulihan harga tebu akan sedikit lebih tinggi musim ini. “India masih membutuhkan impor sebagai penyangga. Situasi hujan yang berangsur normal membuat situasi kian nyaman,” tuturnya, Rabu (5/10/2016).
Asosiasi berpendapat, sebagian besar wilayah India kembali mengalami curah hujan normal setelah musim muson dengan hujan deras mendera selama empat bulan sejak Juni silam. Cuaca yang kondusif dapat meningkatkan aktivitas penanaman tebu, sehingga produksi gula bisa pulih pada musim 2017—2018.
Terry Roggensack, Analyst Hartfield Trading Partners, menyampaikan secara fundamental harga melonjak akibat buruknya cuaca yang menghadang proses penanaman tebu di Brasil. Di India, proyeksi produksi pun bakal menurun.
Pada musim 2016-2017, output India hanya diperkirakan hanya mencapai 20 juta ton, dari estimasi awal tahun sebesar 23 juta ton. Akibatnya, prediksi pasar gula 2016 bakal mengalami defisit sekitar 7 juta ton.
Perusahaan riset di Jerman F.O. Licht memperkirakan defisit gula global pada musim 2016-2017 mencapai 4,9 juta ton. Angka tersebut turun dari musim sebelumnya sekitar 8 juta ton.