Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik 42%, Reli Logam Seng Terhenti

Harga seng menurun dari level tertinggi sejak 15 bulan terakhir seiring menguatnya dolar dan langkah investor yang melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat 42% sepanjang tahun berjalan.
Seng/Bloomberg
Seng/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga seng menurun dari level tertinggi sejak 15 bulan terakhir seiring menguatnya dolar dan langkah investor yang melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah menguat 42% sepanjang tahun berjalan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/8) harga seng di London Metal Exchange (LME) turun 9,5 poin atau 0,41% menjadi US$2.286 per ton. Angka tersebut menunjukkan seng menguat 42,08% sepanjang tahun berjalan.

Sebelumnya, seng sempat mencapai titik terendah di level US$1.468 per ton di awal Januari seiring dengan anjloknya bursa China. Hal tersebut menunjukkan proyeksi melemahnya permintaan dari Negeri Panda.

Peter Thomas, senior vice president Zaner Group LLC, menuturkan dolar menguat menyusul komentar perihal peluang penaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Secara otomatis, harga logam terkoreksi karena harga yang lebih mahal mengurangi tingkat permintaan.

Pada penutupan perdagangan Jumat, indeks dolar naik 0,38% menjadi 94,511. Dalam lima sesi sebelumnya, indeks mencatatkan rapot merah.

Pekan kemarin, Presiden The Fed wilayah San Francisco John Williams menyampaikan ekonomi AS cukup kuat untuk menjamin adanya peningkatan Fed Fund Rate (FFR). Probabilitas pengerekan suku bunga pada Desember 2016 pun menguat.

Presiden The Fed wilayah New York William Dudley juga menyampaikan Paman Sam berpotensi menaikkan FFR secepatnya pada bulan depan. "Pernyataan hawkish mulai memengaruhi pasar, dan ini tercermin dari pergerakan harga," ujar Thomas seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (21/8/2016).

Andrew Silver, analis Triland Metals Ltd., menyampaikan seng juga terkoreksi akibat para investor yang kehabisan daya beli. Pasalnya, harga melejit terlampau tinggi sehingga rentan terhadap aksi profit taking.

ABN Amro dalam publikasi risetnya menyampaikan, harga seng yang naik melebihi 40% cukup rentang terhadap aksi ambil untung. Namun, harga tidak akan berbalik terlampau ekstrem karena dukungan faktor fundamental.

Dari sisi suplai, sejumlah perusahaan sudah mengurangi produksi. Sementara tingkat permintaan, terutama dari China, diprediksi bakal terus bertumbuh.

ABN Amro memprediksi harga seng bakal stabil di level US$2.200 per ton pada kuartal III dan kuartal IV. Rerata harga sepanjang 2016 senilai US$2.010 per ton.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper