Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek PLTU Batang: Bhimasena Power Indonesia Capai Kesepakatan Pembiayaan

Proyek pembangkit listrik 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah dengan investasi senilai US$4,2 miliar yang dikelola oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) sudah mendapatkan kesepakatan terkait pembiayaan.
Presdir Adaro Energy Garibaldi Boy Thohir saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (15/10)/JibiPhoto-Endang Muchtar
Presdir Adaro Energy Garibaldi Boy Thohir saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (15/10)/JibiPhoto-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA— Proyek pembangkit listrik 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah dengan investasi senilai US$4,2 miliar yang dikelola oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) sudah mendapatkan kesepakatan terkait pembiayaan.

PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) merupakan perusahaan konsorsium dari Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power) (34%), PT Adaro Power (34%) dan Itochu Corporation (Itochu) (32%). Adapun PT Adaro Power merupakan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan bahwa pada  6 Juni 2016 telah tercapai kesepakatan pembiayaan (Financial Close) untuk proyek pembangkit listrik 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah

Meskipun mengalami keterlambatan, dia optimistis dapat segera mencapai visi Adaro untuk menjadi grup perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka serta mengembangkan salah satu dari penggerak pertumbuhan perusahaan.

Total investasi dari proyek tersebut sekitar US$4,2 miliar. BPI akan menerima pembiayaan proyek sekitar AS$3,4 miliar dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan sindikasi 9 (sembilan) bank komersial, yaitu: SMBC, BTMU, Mizuho, DBS, OCBC, Sumitomo Trust, Mitsubishi Trust, Shinsei dan Norinchukin.

Proyek ini akan menjual listrik ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) di bawah Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase Agreement – PPA) yang berlaku untuk jangka waktu 25 tahun setelah konstruksi selesai. PPA antara BPI dan PLN telah ditandatangani pada 6 Oktober 2011.

Sebagai salah satu transaksi pembiayaan proyek yang penting di Indonesia, ADRO bersama Adaro Power, salah satu sponsor dalam konsorsium BPI, telah menandatangani perjanjian jaminan ekuitas dengan kreditur senior yang telah disebutkan sebelumnya pada tanggal 3 Juni 2016 untuk menunjang partisipasi ekuitas AP di BPI melalui a.l pinjaman yang sesuai dengan porsi kepemilikan Adaro Power di BPI dengan komitmen sebesar US$298 juta.

Dalam perjanjian tersebut, ADRO menjamin kontribusi 2 kinerja serta kontribusi keuangan Adaro Power. ADRO juga memberikan jaminan sesuai dengan porsi kepemilikannya di BPI untuk pinjaman subordinasi dan perjanjian lindung nilai untuk pinjaman subordinasi yang telah ditandatangani pada tanggal 3 Juni 2016 oleh AE dan Mizuho sebagai perwakilan dari bank-bank komersial yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun, total kewajiban kontijensi sebesar AS$278 juta.

Presiden Direktur BPI, Mohammad Effendi mengatakan, setelah financial close, konstruksi pembangkit listrik akan segera dimulai. Konstruksi diperkirakan akan berjalan selama 4 (empat) tahun dan Commercial Operation Date (COD) diharapkan pada tahun 2020.

Pembangkit listrik ini akan menjadi salah satu Independent Power Producer (IPP) terbesar di Asia, dan merupakan proyek pembangkit listrik batubara pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ultra-supercritical (USC) yang ramah lingkungan. USC menggunakan temperatur uap dan tekanan diatas titik supercritical air sehingga mampu mengurangi penggunaan bahan bakar per kilowatt hour (KwH) sekaligus mengurangi emisi gas karbon (CO2 ).

Proyek ini telah mengalami keterlambatan selama beberapa tahun akibat kendala lahan. Awal tahun ini, dengan implementasi UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, BPI dan PLN berhasil mendapatkan lahan yang diperlukan. Hal ini sekaligus menjadikan BPI sebagai IPP pertama yang berhasil mengimplementasikan UU No.2/2012. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper