10. Saratoga Pendapatan Turun, Tapi Laba Moncer
Meski pendapatan konglomerasi Grup Saratoga turun 11,79% tahun lalu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk melesat 25,96% pada periode yang sama. Tercatat, pendapatan emiten Grup Saratoga turun menjadi Rp44,98 triliun dari Rp50,99 triliun.
Laba bersih Grup Saratoga justru melonjak menjadi Rp4,47 triliun dari Rp3,54 triliun. Laba PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebagai induk melonjak 48% menjadi Rp923 miliar.
Presiden Direktur Saratoga, Michael W.P.Soeryadjaya mengatakan kenaikan laba tersebut terutama didorong oleh realisasi dari valuasi investasi sebesar Rp1,1 triliun dari PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dimana pada 2015 telah menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penurunan harga komoditas dan kondisi perekonomian domestik yang cukup dinamis selama 2015 telah memangkas laba bersih dari entitas yang dicatat dengan metode ekuitas dari Rp764 miliar menjadi Rp477 miliar. Perusahaan juga mengalami kerugian kurs sebesar Rp272 milliar dan peningkatan beban bunga sebesar Rp91 miliar.
PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), perusahaan konsumer otomotif anak usaha Saratoga, mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp16,6 triliun pada 2015, atau naik 4,4% dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.
Kemudian, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) berhasil mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp3,4 triliun dan Rp2,9 triliun untuk periode satu tahun yang berakhir pada 31 Desember 2015. TBIG memiliki 19.796 penyewaan dan 12.389 site telekomunikasi.
Lalu, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) membukukan laba bersih sebesar US$151 juta dan berhasil menurunkan biaya tunai batubara US$ 27,98 per ton. Perusahaan mampu menjaga saldo kas sebesar US$702 juta, yang memberikan dukungan kuat terhadap situasi bisnis saat ini.