Bisnis.com, JAKARTA—Manajemen PT Argha Karya Prima Industry Tbk. merasa optimistis dapat menumbuhkan kinerja penjualan dan laba bersih tahun ini seiring dengan bertambahnya kapasitas produksi.
Direktur Keuangan PT Argha Karya Prima Industry Tbk Jimmy Tjahjanto mengatakan, mulai tahun ini perusahaannya dapat memproduksi hingga 100.000 ton plastik kemasan. Jumlah itu naik dari tahun sebelumnya yang hanya 60.000 ton hingga 65.000 ton plastik kemasan.
Dia mengklaim pada tahun ini pertumbuhan penjualan pihaknya bisa naik mencapai 25%. Sebagai gambaran, merujuk laporan keuangan emiten berkode AKPI tersebut, penjualan hingga kuartal III/2015 berakhir mencapai Rp1,4 triliun dengan laba bersih Rp9,3 miliar.
“Tahun ini kinerja kami pasti bertumbuh karena penambahan kapasitas produksi baru berjalan tahun ini. Untuk penjualan kami optimistis bisa naik hingga 25% laba bersih pun bisa naik tapi akan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi,” terangnya kepada Bisnis.com, Selasa (12/1/2016).
Optimisme Jimmy terkait kinerja perusahaannya yang akan moncer tahun ini pun tak terlepas dari pasar yang disasar. AKPI menyasar plastik untuk kemasan consumer goods. Menurutnya, meski ekonomi melambat, kebutuhan akan makanan dan minuman adalah hal primer yang akan selalu ada.
Disinggung besaran belanja modal atau capital expenditures (capex), dia menyebut AKPI tahun ini hanya menargetkan US$2 juta hingga US$4 juta. Jumlah itu diperoleh dari dana internal perusahaan dan akan dialokasikan hanya pada regular maintenance.
Jumlah belanja modal itu melorot tajam dibandingkan pada 2015 yang mencapai US$50 juta. Pada tahun lalu sebagian besar capex dianggarkan untuk memperbesar kapasitas produksi tersebut. Dia mengatakan, sekitar 80% dari belanja modal pada 2015 didapatkan dari pinjaman bank asal Jerman.
“Sisanya dana internal. Yang pinjaman itu tenornya 10 tahun,” ungkap dia.
Selain berharap pada kapasitas produksi, pertumbuhan kinerja tahun ini pun akan dikatrol melalui perluasaan pasar ekspor. Saat ini, negara yang sudah dirambah AKPI mencapai 50 negara yang mayoritas tersebar di kawasan Asia, sebagian kecil Eropa, Amerika dan Afrika.
Dia menyebut, kemungkinan negara tujuan ekspor tidak akan bertambah. Akan tetapi, pihaknya akan mengoptimalkan penambahan pasar di negara-negara yang sudah dirambah.
Dia menambahkan, meski optimistis bertumbuh industri plastic macam AKPI masih dihadapkan pada tantangan besar di tahun ini. Yaitu merosotnya harga minyak bumi. Pasalnya, semakin turun harga row material, pembeli biasanya menahan pembelian.
“Konsumen tidak mau menyimpan setok berlebih. Karena mereka berspekulasi minyak akan semakin turun dan menunggu waktu paling tepat di mana harga plastik ikut turun,” imbuhnya.
Di sisi lain dia pun berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat lebih stabil. Hal itu berkaitan langsung dengan bahan baku yang masih impor hingga 60% lebih.