Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Holding BUMN Farmasi, KAEF & INAF Batal Merger

Pemerintah memastikan peleburan atau merger perusahaan pelat merah sektor farmasi ke dalam sebuah holding batal dan memilih untuk sinergi antar badan usaha milik negara (BUMN).
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah memastikan peleburan atau merger perusahaan pelat merah sektor farmasi ke dalam sebuah holding batal dan memilih untuk sinergi antar badan usaha milik negara (BUMN).

Kepastian itu disebutkan oleh Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Muhammad Zamkhani saat berbincang dengan Bisnis.com akhir pekan lalu, Jumat (4/9/2015).

Dia mengatakan rencana holding BUMN farmasi tidak akan terealisasi dalam waktu dekat. "BUMN farmasi tidak akan holding tahun ini, kami dorong untuk sinergi," ungkapnya.

Sejak tahun lalu, dua emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma (Persero) Tbk., dan PT Indofarma (Persero) Tbk., dipersiapkan untuk dilebur ke dalam sebuah holding.

Bahkan, rencana penggabungan dua emiten farmasi itu telah dikaji oleh PT Mandiri Sekuritas. Hasilnya, pemerintah memiliki sejumlah opsi, mulai dari imbreng saham, rights issue, hingga tukar guling saham.

Akhir tahun lalu, Menter BUMN Rini Mariani Soemarno menuturkan rencana merger kedua emiten farmasi pelat merah itu menjadi prioritas pemerintah pada 2015. Sejatinya, wacana merger telah digulirkan sejak 2005 silam.

Rencananya, Kimia Farma akan menjadi holding bagi emiten farmasi. Selain Indofarma, emiten farmasi pelat merah lainnya adalah PT Phapros Tbk. dan PT Biofarma.

Zamkhani menuturkan pemerintah berkonsentrasi untuk pengembangan industri bahan baku obat guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.

Pelemahan nilai tukar rupiah dipastikan akan menekan kinerja emiten farmasi. Pasalnya, hampir 90% bahan baku farmasi masih dipasok secara impor.

"Kami dorong BUMN farmasi untuk sinergi pembuatan bahan baku obat stubstitusi impor," katanya.

Pada saat yang sama, pemerintah juga memastikan dua emiten farmasi milik negara tidak akan melakukan pembelian kembali saham (buyback).

Berdasarkan data Bloomberg, kapitalisasi pasar INAF telah terkoreksi 61,73% menjadi Rp421 miliar dari akhir tahun lalu Rp1,1 triliun. Sedangkan, market capitalization KAEF melorot 52,56% menjadi Rp3,86 triliun dari Rp8,13 triliun.

Pada perdagangan saham kemarin, KAEF terkoreksi 1,42% ke level Rp695 per lembar. Sedangkan, saham INAF terkoreksi 4,23% ke level Rp136 dari penutupan sehari sebelumnya Rp142 per lembar.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper