Bisnis.com, JAKARTA— Bursa emerging market mulai dari China hingga Rusia anjlok setelah data ekonomi kedua negara kian memburuk, sedangkan saham Yunani melemah setelah kembali memulai perdagangan kemarin.
Indeks MSCI Emerging Markets turun 1,2% ke level 890,85 atau yang paling lemah dalam lima pekan. Sedangkan indeks RTS melemah 2,8% di Moskow dan rubel turun ke level terendah sejak Februari setelah minyak Brent berada di bawah US$50 per barel.
“Turunnya harga minyak mentah merupakan gejala dari kelebihan kapasitas global,” ujar Daniel Salter, Head of Equity Strategy Renaissance Capital sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (4/8/2015).
Dia menyarankan untuk berinvestasi di sejumlah negara yang menuntut perubahan kebijakan pemerintah seperti Pakistan, Mesir dan Rumania.
Mengingat emerging markets mengambil manfaat dari investasi komoditas dan kapasitas industri, maka jika kapasitas global tidak pulih dalam waktu dekat maka emerging market akan tertekan, ujarnya.
Dana yang ke luar dari negara berkembang seperti Indonesia, Thailand dan Afrika Selatan mencapai lebih dari US$2.5 miliar selama pekan lalu.
Hal itu terjadi di tengah merosotnya harga komoditas global, dan kekhawatiran karena akan ada pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral AS, menurut laporan dari Capital Economics.