Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia meminta kepada para eksportir untuk melepas dolar AS ke pasar karena nilainya cenderung sudah tinggi dibandingkan dengan kisaran nilai fundamental sekitar Rp11.000—Rp11.500/US$.
Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), mengatakan nilai fundamental dari kurs Rupiah terhadap Dolar AS berkisar pada Rp11.000—Rp11.500/US$ yang tercermin pada neraca perdagangan Oktober kembali surplus.
“Nilai tukar tersebut sudah cukup untuk menahan impor sekaligus menaikan ekspor. Kalau melemah lebih dalam maka ekonomi akan lebih tertekan,” ujarnya Selasa (3/12/2013).
Atas dasar itu, dia meminta agar para pelaku usaha terutama eksportir untuk melepas dolar yang dimiliki ke pasar, karena harganya sudah lebih tinggi dari nilai fundamental atau overshoot.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 118 poin menjadi Rp11.888/US$. Pada pekan lalu Rupiah sempat menembus US$12.000.
“Kenapa kurs sekarang melemah, ini tentu karena permintaan akhir tahun. Kedua, karena eksportir masih menahan dolar-nya. Menurut kami sebenarnya sebaiknya eksportir sudah bisa menjual,” ujarnya.
Menurutnya, data menunjukan para pelaku usaha masih enggan untuk melepas Dolar yang dimiliki karena nominal transaksi pasar valas per hari hanya US$500 juta. Sementara itu, nilai ekspor Indonesia setiap bulan mencapai US$15 miliar—US$16 miliar.
Bank sentral mulai kembali melakukan intervensi pasar valas sejak awal pekan lalu karena volatilitas cukup tinggi. Intervensi ini menggunakan cadangan devisa Indonesia yang mencapai US$96,99 miliar pada akhir Oktober 2013.
Mirza mengatakan cadangan devisa yang dikelola BI masih sehat. Meskipun belum mau mengumumkan nilainya, namun dia memberikan petunjuk bahwa cadangan devisa pada akhir November masih bisa menutupi pembayaran impor selama 5 bulan seperti Oktober.