Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang akhir pekan, kurs tengah Bank Indonesia dipatok melemah 0,39% ke level Rp11.977 per dolar AS, sedangkan berdasarkan data Bloomberg Dollar Index rupiah tercatat menguat 0,96% ke level Rp11.903 pada pukul 12.58 WIB.
Mengapa terjadi perbedaan diantara patokan kurs tengah rupiah dari bank sentral dan pergerakan rupiah di pasar spot. Apakah penguatan rupiah yang terjadi di pasar spot itu dapat bertahan lama? Atau justru sangat rentan kembali ke level Rp12.000 per dolar AS?
Analis dan Periset PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir melihat perbedaan yang terjadi antara patokan kurs tengah rupiah dan pergerakannya di pasar spot menunjukkan masih tingginya volatilitas terhadap nilai tukar rupiah.
“Penguatan yang terjadi di pasar spot pun itu efek dari pelemahan tipis dolar AS terhadap major currency. Sebenarnya, rupiah saat ini bisa dikatakan masuk ke fase konsolidasi,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (29/11/2013).
Dia mengatakan saat ini pelaku pasar sedang menanti sejumlah data baik dari luar maupun dalam negeri. Pengumuman rilis inflasi daerah Euro dan data manufaktur China yang akan dirilis esok hari merupakan faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
“Pelaku pasar cenderung waspada, selain data dari luar negeri, rilis data ekonomi Indonesia pada Senin (2/12/2013) juga menjadi faktor penentu pergerakan rupiah kedepannya,” tambahnya.
Dia memprediksi, jika data ekonomi Indonesia yang dirilis awal pekan depan mengecewakan, rupiah berpotensi semakin melemah ke Rp12.200 per dolar AS.
Namun, untuk perdagangan hari ini, dia memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak pada kisaran Rp11.765 per dolar AS-Rp12.000 per dolar AS.