BISNIS.COM, JAKARTA—Ekspor biji kopi dari Indonesia, penghasil kopi robusta terbesar ketiga di dunia, akan turun ke titik terendah dalam dua tahun akibat perusahaan pengolahan dalam negeri meningkatkan pembelian dan musim hujan mengakibatkan penurunan produksi.
Ekspor diperkirakan turun 14% menjadi 385.000 metrik ton (6,42 juta kantong) dibandingkan setahun sebelumnya, menurut rerata perkiraan tujuh eksportir dan sebuah perusahaan pengolahan kopi sebagaimana disurvei Bloomberg.
Ekspor itu tercatat sebagai yang terendah sejak 2011, menurut data dari Badan Pusat Statistik. Panen kopi diduga turun 10% menjadi 595.000 ton (9.92 juta kantong), menurut hasil survei tersebut sebagaimana dikutip Bloomberg hari ini, Senin (10/6/2013).
Penurunan ekspor kopi dari Indonesia diduga akan memperlambat penurunan harga sejumlah varietas yang digunakan perusahaan minuman instan Nestle SA dan Kraft Foods Group Inc. Perdagangan berjangka turun 16% untuk pertama kali sejak lima bulan pada Maret di tengah lonjakan suplai dari Vietnam dan Brazil.
Sedangkan produksi kopi global akan melebihi permintaan selama dua tahun pada 2013 hingga 2014, sementara panen kopi di Vietnam diduga turun 13%, menurut Volcafe, unit usaha perdagangan komoditas ED&F Man Holdings Ltd.
“Produsi akan anjlok akibat cuaca dan setelah kami meraih panen besar tahun lalu,” ujar Sumita, Ketua Asosiasi Industri dan Eksportir Kopi cabang Lampung. Menurutnya, konsumsi lokal meningkat dan semua orang bersaing memperebutkan biji kopi.
Kontrak kopi Robusta turun 12% pada tahun lalu dan diperdagangkan pada posisi US$1.858 per ton di bursa NYSE Liffe London pada 7 Juni. Harga kopi Arabika yang digunakan Starbucks Corp. turun 17% menjadi US$1,2950 per pound di bursa New York. (ltc)