Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham dan mata uang Asia diperkirakan menguat pada awal perdagangan Senin (25/8/2025), merespons pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di simposium Jackson Hole akhir pekan lalu.
Pidato Powell memberi sinyal jelas bahwa pemangkasan suku bunga bisa dilakukan secepatnya pada rapat kebijakan September.
Pada Jumat (22/8), bursa saham AS ditutup melonjak, dengan Dow Jones Industrial Average mencetak rekor penutupan pertama tahun ini. Mata uang negara berkembang pun bangkit dari pelemahan enam hari beruntun, seiring anjloknya dolar AS pasca pernyataan Powell.
Indeks berjangka mengisyaratkan penguatan bursa Asia pada awal perdagangan, menyusul lonjakan 1,5% pada S&P 500 di Wall Street akhir pekan lalu. Kontrak berjangka indeks saham AS bergerak stabil, emas mempertahankan reli sesi sebelumnya, sementara yen melemah tipis 0,1% di awal perdagangan Asia.
Pasar kini memperhitungkan peluang 84% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan September.
Hal ini menyusul pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole, yang mengisyaratkan bank sentral tidak akan menunggu data inflasi sempurna untuk mulai melonggarkan kebijakan, seiring tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja.
Baca Juga
Namun, perdebatan di internal masih berlangsung. Sejumlah pejabat memperingatkan risiko harga tetap tinggi akibat tarif dagang AS, yang menjadi sorotan utama menjelang rilis data inflasi pekan ini.
Analis Vantage Markets Hebe Chen mengatakan pernyataan Powell menjadi semacam perekat di tengah retakan pasar Asia yang rapuh. Meski tidak menjamin kestabilan permanen, dorongan ini paling terasa di sektor teknologi Jepang dan Taiwan yang sensitif terhadap sentimen.
”Bagi investor, optimisme baru ini akan menjaga selera risiko setidaknya hingga 17 September,” ungkapnya.
Di Asia, fokus investor tertuju pada saham China, dengan pertanyaan kunci: seberapa jauh reli pasar masih bisa berlanjut ketika ekonomi dibebani tarif dagang dan krisis properti yang berkepanjangan.
Meski laju kenaikan yang konsisten seolah meredam risiko koreksi mendadak, sejumlah analis memperingatkan tanda-tanda awal terbentuknya gelembung.
Indeks Nasdaq Golden Dragon China melonjak 2,7% pada perdagangan Jumat, sementara kontrak berjangka menunjukkan pembukaan yang lebih kuat bagi saham Hong Kong maupun China daratan.
Senior macro strategist Lombard Odier Ltd Homin Lee mengatakan pasar mungkin berekspektasi, baik secara tepat maupun keliru, bahwa fundamental makroekonomi akan membaik.
“Namun, reli tidak akan bertahan lama jika inflasi tetap mendekati nol dan kemampuan perusahaan untuk menetapkan harga terus tergerus oleh lemahnya permintaan domestik,” ungkapnya.