Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan akan segera menerbitkan Sukuk Ritel seri SR023 besok, Jumat (22/8/2025). Sejumlah analis memproyeksikan, kupon yang ditawarkan pada penerbitan ini akan berkisar di level 6%.
Investment Analyst Capital Asset Management Martin Aditya menerangkan kupon yang ditawarkan dalam penerbitan Sukuk Ritel secara historis mengalami penurunan 20 basis poin. Dengan begitu, Martin memproyeksikan kupon SR023 akan berkisar di level 6,25%–6,35%.
Pada penerbitan sebelumnya, SR022 dengan tenor 3 tahun menawarkan imbal hasil 6,45% dan tenor 5 tahun sebesar 6,55% dengan tingkat imbalan tetap. Sementara itu, pada penerbitan SR021, tenor 3 dan 5 tahun masing-masing memberikan imbal hasil sebesar 6,35% dan 6,45% per tahun.
"Kedua tenor sepertinya akan turun sekitar 20 basis poin," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (21/8/2025).
Martin menilai, proyeksi penurunan kupon itu telah tecermin dari tren suku bunga yang cenderung menurun. Terlebih, BI baru saja memangkas suku bunga kemarin ke level 5%.
"Memang sesuai ekspektasi pasar bahwa tren suku bunga mulai ke arah turun. Tapi yang kemarin sih enggak expect ada pemangkasan karena saya pikir mungkin di bulan depan pemangkasannya," tambahnya.
Pada penerbitan saat ini, Martin cukup ragu ihwal penyerapan pasar terhadap produk SR023. Dia berkaca dari penerbitan SBR014 yang belum terserap pasar sepenuhnya, terutama pada tenor panjang 10 tahun.
Menurutnya, pada penerbitan kali ini, SR023 dengan tenor 3 tahun masih menarik untuk dicermati, di tengah naiknya harga obligasi, dengan yield obligasi tenor 10 tahun telah menyentuh level 6,3%.
Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), yield obligasi dengan tenor 3 tahun saat ini (21/8/2025) berada di level 5,65% dan pada tenor 5 tahun memiliki yield 5,93%.
Senada, Head of Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto juga memprediksi akan terjadi penurunan tingkat imbal hasil pada penerbitan SR023 kali ini. Hal itu diestimasi dengan mempertimbangkan tren penurunan suku bunga acuan yang tengah terjadi.
Menurutnya, untuk SR023 dengan tenor 3 tahun, tingkat imbal hasil berkisar pada level 6%–6,1% per tahun. Sementara itu, pada tenor 5 tahun, tingkat imbal hasil diproyeksi pada level 6,1%–6,2%.
Menurutnya, proyeksi tingkat imbal hasil yang menurun, selain datang dari ekspektasi penurunan suku bunga, juga dipengaruhi oleh kinerja produk sejenis, seperti bunga deposito yang dinilai telah mengalami penurunan. Dengan begitu, Ramdhan menilai bahwa produk ini memiliki daya tariknya tersendiri.
“Bahkan, kalau pemerintah percaya diri, ya berani di level 5,95%. Tapi menurut saya sih harusnya di level 6% yang aman,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (21/8/2025).
Ramdhan memprediksi, jika terdapat obligasi yang jatuh tempo pada periode penawaran SR023, para investor memiliki kecenderungan untuk kembali menginvestasikan dananya di SR023.
“Di masa penawaran ini, kalau ada jatuh tempo, dia akan sebagian besar masuk lagi. Kecenderungannya balik lagi,” katanya.
Sementara itu, Tim Analis Bareksa memprediksi imbal hasil produk SR023 dengan tenor 3 tahun berada di level 6,15%–6,25%. Sementara itu, pada produk dengan tenor 5 tahun, Bareksa memprediksi tingkat imbal hasil di level 6,3%–6,4%.
Prediksi tersebut juga dinilai masih mempunyai daya tarik dibandingkan dengan bunga deposito bank yang saat ini tengah berada di level 2,5%–3%.
Adapun, penawaran SR023 akan dibuka mulai besok, Jumat (22/8/2025). Periode penawaran Surat Berharga Negara (SBR) Ritel seri kelima pada 2025 ini dijadwalkan berlangsung selama satu bulan, pada periode 22 Agustus–22 September 2025.