Bisnis.com, JAKARTA – Emiten yang terafiliasi dengan Mayapada Group telah merilis laporan keuangan semester I/2025. Ketika PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. (SONA) membukukan pertumbuhan laba yang signifikan, PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) justru menagalami koreksi.
Berdasarkan Laporan Keuangan perusahaan per Juni 2025, SONA mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik entitas induk atau laba bersih Rp25,53 miliar, tumbuh 243,4% year on year (YoY) dibanding laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,43 miliar.
Peningkatan itu didorong oleh pendapatan usaha yang tumbuh 8,41% dari Rp374,84 miliar menjadi Rp406,38 miliar. Dengan beban pokok penjualan sebesar Rp181,85 miliar, laba kotor emiten pariwisata ini tercatat sebesar Rp224,53 miliar, tumbuh 7,6% dari Rp208,59 miliar.
Bila dibedah, pendapatan SONA dalam enam bulan pertama 2025 paling besar didapat dari penjualan ritel sebesar Rp238,14 miliar, tumbuh 27,8% dari Rp186,35 miliar. Urutan kedua adalah penjualan bebas bea yang mencapai Rp168,05 miliar, turun 10,7% dari Rp188,31 miliar.
Sementara itu, emiten bank Grup Mayapada menorehkan laba neto periode berjalan sebesar Rp23,69 miliar. Angka ini turun 2,9% dibanding laba bersih Rp24,41 miliar pada semester I/2024.
Sebenarnya, pendapatan bunga MAYA tumbuh 29,8% dari Rp4,93 triliun menjadi Rp6,40 triliun. Namun, beban bunga juga melesat 26,7% dari Rp3,96 triliun menjadi Rp5,02 triliun per Juni 2025.
Dari komponen pendapatan, pendapatan bunga dari pinjaman tumbuh 34,8% dari Rp4,42 triliun menjadi Rp5,96 triliun, serta pendapatan bunga dari efek-efek yang tumbuh 60,9% dari Rp78,87 miliar menjadi Rp126,91 miliar.
Sisanya, pendapatan bunga dari penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain terkoreksi 18,2%, dari obligasi pemerintah juga merosot 30,3%, dari efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali juga turun 60,4%, serta pendapatan bunga dari giro pada bank lain terpangkas 90,2%.