Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten layanan kesehatan, PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) dan pengelola RS Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ), jor-joran menyiapkan belanja modal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Adu capital expenditure atau capex menjadi tak terelakkan bagi kedua emiten tersebut untuk bisa meraup cuan di tengah proyeksi peningkatan inflasi medis di Indonesia.
Berdasarkan publikasi Health Trends 2025 yang dirilis oleh Mercer Marsh Benefit, inflasi medis Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai 19%, naik 1,1% dari 17,9% pada 2024. Inflasi medis ini juga berdampak pada melonjaknya klaim kesehatan di industri asuransi.
Emiten rumah sakit Siloam (SILO) tengah mengejar target untuk menghadirkan fasilitas kesehatan berteknologi mutakhir pada 2025. Teranyar, SILO telah mengoperasikan Robot Da Vinci XI untuk membantu proses bedah di RS Siloam Kebon Jeruk.
CEO Hospitals Group Caroline Riady menerangkan SILO tengah menargetkan setidaknya 3 teknologi robotik sebagai penunjang fasilitas kesehatan perseroan pada 2025. Nantinya, teknologi-teknologi tersebut bakal ditempatkan di berbagai RS Siloam di Jakarta.
”Jadi kita akan menghadirkan brain robot dan juga robot untuk lutut di [RS Siloam] Mampang dan Kebon Jeruk. Dan juga satu lagi, robot untuk rekam medis, untuk membantu pasien pascastroke, pascakecelakaan,” katanya dalam paparan publik Siloam, Rabu (11/6/2025).
Baca Juga
Caroline menerangkan, penempatan robot-robot tersebut yang tersebar di berbagai RS Siloam di Jakarta, menyesuaikan dengan kompetensi dokter di rumah sakit tersebut.
Sementara itu, Direktur Siloam Daniel Phua menambahkan bahwa untuk mengejar ketersediaan faskes berteknologi robotik itu, perseroan menyiapkan capital expenditure atau anggaran belanja modal sebesar Rp2 triliun.
Besaran capex itu akan digunakan selain sebagai pengembangan teknologi, juga penambahan tempat tidur operasional rumah sakit Siloam. Adapun, capex senilai Rp400 miliar telah diserap perseroan sepanjang kuartal I/2025.
Dengan beragam upaya perseroan pada 2025, Daniel menerangkan bahwa Siloam menargetkan pertumbuhan double digit pada tahun ini.
“Jadi menurut saya low to middle double digit sebagai normal organic growth itu sesuatu hal yang menurut kami itu bisa tercapai,” katanya.
Hal serupa juga dilakukan oleh PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ), emiten pengelola RS Mayapada, yang menyiapkan belanja modal lebih dari Rp2 triliun untuk menyelesaikan sejumlah proyek ekspansi yang ditargetkan rampung dalam beberapa tahun ke depan.
Direktur Utama SRAJ Navin Sonthalia menerangkan, perseroan saat ini tengah mengejar proyek groundbreaking Mayapada Hospital Jakarta Selatan Tower 3, groundbreaking Mayapada Pulau Batam International Hospital, hingga Mayapada Hospital Jakarta Timur yang ditargetkan beroperasi pada awal 2026.
“Capex tahun ini sebetulnya sebagian besar itu adalah untuk pembangunan Mayapada Hospital Jakarta Selatan Tower 3, terus untuk permulaan Mayapada Pulau Batam International Hospital,” katanya dalam paparan publik yang digelar daring, Kamis (5/6/2025).
Adapun untuk keberlanjutan proyek RS Mayapada Jakarta Selatan Tower 3 dan RS Mayapada Pulau Batam, perseroan menganggarkan capex sebesar Rp2 triliun, dalam jangka waktu 2—3 tahun.
Capex untuk kebutuhan operasional perseroan dianggarkan 15—20% dari pendapatan SRAJ.
Dengan beragam proyek yang ditargetkan perseroan pada beberapa tahun mendatang, Navin cukup percaya diri bahwa perseroan bisa bertumbuh sebesar 2 digit pada 2025.
Akan tetapi, Navin masih dalam proses memprediksi kondisi bisnis kesehatan pada 2025. Menurutnya, pertumbuhan double digit bigger akan dipengaruhi oleh kondisi persaingan bisnis nantinya.
”Itu tergantung situasi bisnis juga. Banyak proyek itu adalah proyek-proyek yang akan mulai tahun 2027,” katanya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.