Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO) mengungkap berfokus untuk mengembangkan inovasi produk dan melakukan diversifikasi demi menjangkau pasar yang lebih luas. Ekspansi ini menekan laba meski saat yang sama pendapatan naik.
Dalam laporan keuangan per semester I/2025, CLEO membukukan penjualan bersih sebesar Rp1,36 triliun pada paruh pertama 2025. Angka ini tumbuh 5,36% YoY dari Rp1,29 triliun pada semester I/2024.
Penjualan CLEO didominasi oleh pasar Jawa dan Bali, dengan mencatatkan penjualan sebesar Rp1,08 triliun pada paruh pertama 2025, naik 2,01% dari Rp1,05 triliun pada periode yang sama 2024.
Penjualan CLEO juga dikontribusikan dari provinsi lainnya selain Jawa dan Bali yang mencatatkan penjualan sebesar Rp285,08 miliar pada paruh pertama 2025, naik dari Rp236,85 miliar pada periode yang sama 2024.
Meskipun mencatatkan kinerja topline yang positif, laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan atau laba bersih sebesar Rp207,54 miliar. Torehan itu turun 9,70% YoY dari Rp229,84 miliar pada periode yang sama 2024.
Pasalnya, seiring meningkatnya penjualan, beban pokok penjualan CLEO juga naik menjadi Rp583,13 miliar, dari Rp537,35 miliar pada periode yang sama sebelumnya. Hal ini membuat laba bruto CLEO mencapai Rp782,97 miliar, naik dari Rp759,12 miliar secara tahunan.
Baca Juga
Presiden Direktur CLEO Melisa Patricia menerangkan laba tertekan akibat peningkatan biaya operasional. Meski demikian, dia meyakini aksi CLEO dinilai sejalan dengan upaya perseroan untuk memperkuat daya saing dan memperluas segmen pasar selama paruh pertama 2025.
“Peningkatan biaya operasional, seperti distribusi, transportasi, dan pengadaan alat produksi, merupakan dampak dari upaya kami memenuhi kebutuhan seluruh pabrik yang terus berkembang,” katanya kepada Bisnis, dikutip Minggu (10/8/2025).
CLEO juga tengah berupaya untuk melakukan penguatan infrastruktur distribusi ke wilayah-wilayah dengan permintaan yang tinggi. Pada tahun ini, CLEO akan mengoperasikan pabrik di Palu, Pekanbaru, dan Pontianak.
Dengan begitu, CLEO telah akan memiliki 35 pabrik yang mampu beroperasi pada 2025. Melisa menilai, hal ini sejalan dengan rencana jangka panjang perseroan untuk meningkatkan penetrasi pasar.
“CLEO optimis bahwa langkah ini bukan hanya untuk mendukung pertumbuhan di sisa tahun ini, tetapi juga untuk memastikan bisnis terus berkembang di tahun-tahun mendatang,” tutupnya.