Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pembangkit listrik energi terbarukan, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) membukukan peningkatan laba 20% secara tahunan (year on year/YoY) pada semester I/2025 menjadi Rp36,9 miliar. Ambisi berburu proyek baru pun semakin dekat dengan realisasi.
Presiden Direktur ARKO Aldo Artoko menjelaskan kinerja keuangan pihaknya terbilang solid di sepanjang semester pertama tahun ini dengan pendapatan usaha tembus Rp142,5 miliar, atau meningkat 42,1% YoY ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.
"Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut didukung oleh peningkatan kapabilitas sumber daya manusia di masing-masing site sehingga produksi listrik dapat lebih efektif dan efisien," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (9/8/2025).
Produksi listrik ARKO tembus 74,3 GWh pada semester I/2025, tumbuh solid sebesar 48,9% YoY didukung oleh Proyek Yaentu di Sulawesi Tengah yang baru saja beroperasi pada 4Q24, di samping dua PLTA dalam portofolio yang sudah lama beroperasi, yaitu Proyek Cikopo di Jawa Barat, Proyek Tomasa di Sulawesi Tengah.
"Pertumbuhan kinerja operasional tersebut membawa Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 20% menjadi Rp36,9 miliar, dengan margin laba bersih sebesar 25,9% pada semester I/2025," tambahnya.
Aldo menyampaikan bahwa seiring dengan bertambahnya proyek pembangkit listrik yang berhasil dikembangkan oleh Perseroan, arus kas dari PLN selaku offtaker juga dapat mengalami peningkatan.
Baca Juga
Ke depan, pihaknya berkomitmen terus menjaga pertumbuhan kinerja keuangan yang sehat, sambil memperluas kapasitas pembangkit yang kini telah mencapai 261,2 MW dalam pipeline proyek.
"Dengan lebih banyak lagi proyek pembangkit listrik yang diselesaikan, kami optimistis dapat terus menjalankan komitmen untuk menerangi Indonesia berbasiskan energi bersih dan menjalankan bisnis secara berkelanjutan," ungkapnya.
Bidik Proyek Baru
Terkini, ARKO masih memiliki dua proyek dalam fase konstruksi, yaitu Proyek Kukusan II (5,4 MW) di Lampung, serta Proyek Tomoni (10 MW) di Sulawesi Selatan.
Aldo menjelaskan pihaknya telah mengakselerasi progres konstruksi kedua proyek pembangkit listrik tersebut, tepatnya mencapai 83,2% untuk Proyek Kukusan II dan 32,9% untuk Proyek Tomoni.
Pihaknya membidik mampu melakukan reduksi emisi sebesar ±99.937 ton CO₂eq per tahun setelah kedua proyek di atas mulai beroperasi. Dengan demikian, ARKO secara langsung ikut berkontribusi bagi kelestarian lingkungan serta mendukung program Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission 2060.
Sebelumnya, Head of Investor Relation PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) Nicko Yosafat menilai pengumuman RUPTL terbaru memberikan sentimen positif buat para pelaku pembangkit listrik swasta (IPP) EBT, terlebih pembangkit berbasis tenaga air.
Pertama, rencana pembangunan proyek transmisi raksasa atau supergrid sebagai tulang punggung jaringan listrik antarpulau merupakan sentimen yang dinanti. Sebab, proyek ini merupakan kunci mengangkut listrik berbasis EBT yang selama ini notabene jauh dari pusat beban, terutama PLTA.
"Komitmen pemerintah dan PLN sangat dibutuhkan dalam merealisasikan supergrid lebih cepat lagi, karena there is no transition without transmission," ujarnya kepada Bisnis.
Kedua, RUPTL memberikan sinyal atas komitmen serius pemerintah dalam mengembangkan industri EBT, karena porsinya hingga 2034 dipatok 76%, dengan porsi PLTA menjadi salah satu yang paling dominan.
Bagi ARKO, hal ini menjadi katalis positif, sebab mencerminkan bahwa peluang pengembangan proyek PLTA dibuka lebih besar lagi oleh pemerintah secara lebih cepat.
"RUPTL sudah kami tunggu-tunggu sejak tahun lalu, sebagai kepastian terkait wilayah mana saja yang bisa dibangun pembangkit EBT. Ini turut memberikan kepercayaan diri buat IPP dalam mencari peluang proyek baru, karena mulai saat ini harus diawali dengan akuisisi talent, mulai insinyur, ahli geologi, sampai tim survei lapangan," jelasnya.
Terakhir, RUPTL terbaru untuk pertama kalinya memasukkan sektor PLTA pumped storage yang notabene memiliki teknologi tinggi dan memiliki biaya investasi yang lebih mahal.
"PLTA pump storage mulai dimasukkan, walaupun tidak terlalu besar. Tapi ini bisa diartikan bahwa Indonesia terbuka dengan potensi baru dan teknologi yang sebelumnya belum pernah dicoba. Ini sinyal positif di mata para pengembang IPP," ungkap Nicko.
ARKO saat ini telah memiliki 10 proyek PLTA dalam pipeline dengan total kapasitas 261,2 MW, di mana salah satunya ditargetkan akan mulai resmi berkontrak dan mulai dibangun pada tahun ini.
"Harapannya, ke depan pemerintah juga terus mempercepat berbagai proses perizinan terkait perkembangan EBT, mulai dari perizinan usaha sampai izin yang terkait sinergi pemerintah pusat dengan daerah," tutupnya.
Terkini, total aset ARKO tercatat sebesar Rp1.495,2 miliar, tumbuh sebesar 19,7% YoY yang didukung oleh pertumbuhan kas Perseroan yang tumbuh signifikan sebesar 83.1% YoY.
Total liabilitas ARKO pun tumbuh sebesar 27% YoY menjadi Rp1.006,9 miliar, terdiri dari liabilitas jangka pendek yang telah turun sebesar 32,5% YoY serta jangka panjang yang tumbuh sebesar 35,4% YoY. Adapun, total ekuitas juga tumbuh tipis sebesar 6,9% YoY menjadi Rp488,3 miliar di sepanjang semester I/2025.