Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada sesi I usai pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2025. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 tumbuh 5,12% secara tahunan atau year on year.
IHSG ditutup menguat 0,96% ke level 7.536,61 pada sesi I perdagangan hari ini, Selasa (5/8/2025). Sebanyak 15,8 miliar saham diperdagangkan, dengan nilai transaksi sebesar Rp10,2 triliun.
Sejumlah 281 saham menguat ke zona hijau, 317 saham melemah, dan 199 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat sebesar Rp13.539 triliun.
Penguatan IHSG pada sesi I ini didorong oleh penguatan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) yang naik 5,59% ke level Rp1.890, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang naik 2,6% ke level Rp4.740, dan saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN) yang melesat 23% ke level Rp1.230 per saham.
Selain itu, saham CUAN juga naik 1,06% ke level Rp1.430, saham BBCA menguat 2,11% ke level Rp8.450, dan saham ANTM menguat 2,06% ke level Rp2.970 per saham.
Sebelumnya, Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, menjelaskan bahwa produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal II/2025 mencapai Rp5.947 triliun. Lalu, PDB atas harga konstan mencapai Rp3.396,3 triliun.
Baca Juga
"Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 2/2025 bila dibandingkan dengan triwulan 2/2024 atau secara YoY tumbuh sebesar 5,12%," ujar Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Pertumbuhan ekonomi ini berada di atas proyeksi analis sebelumnya. Berdasarkan proyeksi dari 30 ekonom maupun lembaga yang dihimpun Bloomberg, median atau nilai tengah pertumbuhan PDB pada tiga bulan kedua 2025 adalah 4,8% (YoY). Estimasi tertinggi yakni pertumbuhan hingga 5% sedangkan terendah 4,6%.
Proyeksi pertumbuhan tertinggi yakni 5% diperkirakan oleh Gareth Leather dari Capital Economics, Ltd. dan Enrico Tanuwidjaja dari PT Bank UOB Indonesia.
Sementara itu, terendah diramalkan oleh Moody's Analytics Singapore, Jeemin Bang, serta Fakhrul Fulvian dari Trimegah Sekuritas juga memproyeksikan pertumbuhan hanya 4,65%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.